Media Asuransi, JAKARTA – Lembaga keuangan internasional, International Monetary Fund (IMF) memperkirakan sekitar 84 persen negara berpotensi memiliki inflasi headline (indeks harga konsumen) yang lebih rendah pada tahun 2023 dibandingkan tahun 2022.
Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) edisi Januari 2023, IMF memperkirakan inflasi global akan turun dari 8,8 persen pada tahun 2022 (rata-rata tahunan) menjadi 6,6 persen pada tahun 2023 dan 4,3 persen pada tahun 2024, di atas tingkat sebelum pandemi (2017–2019) sekitar 3,5 persen.
Disinflasi yang diproyeksikan sebagian mencerminkan penurunan harga komoditas bahan bakar dan non-bahan bakar internasional karena melemahnya permintaan global. “Ini juga mencerminkan efek pendinginan dari pengetatan kebijakan moneter pada inflasi dasar (inti), yang secara global diperkirakan akan turun dari 6,9 persen pada kuartal keempat kuartal 2022 (tahun ke tahun) menjadi 4,5 persen pada kuartal keempat 2023.”
|Baca juga: IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2023
Namun demikian, IMF mengatakan disinflasi berpotensi akan berlanjut pada tahun 2024, masing-masing proyeksi headline tahunan dan inflasi inti di 82 persen dan 86 persen ekonomi akan tetap di atas tingkat pra-pandemi.
Di negara maju, inflasi rata-rata tahunan diproyeksikan menurun dari 7,3 persen pada 2022 menjadi 4,6 persen pada tahun 2023 dan 2,6 persen pada tahun 2024, di atas target dalam beberapa kasus.
Di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang, memproyeksikan penurunan inflasi tahunan dari 9,9 persen pada tahun 2022 menjadi 8,1 persen pada tahun 2023 dan 5,5 persen pada tahun 2024, di atas rata-rata sebelum pandemi (2017–2019) sebesar 4,9 persen.
Di negara berpenghasilan rendah, inflasi diproyeksikan akan moderat dari 14,2 persen pada tahun 2022 menjadi 8,6 persen pada 2024, masih tinggi, tetapi mendekati rata-rata sebelum pandemi.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News