Media Asuransi, JAKARTA – Inflasi di Amerika Serikat (AS) masih belum menunjukkan tanda-tanda melandai, bahkan terlihat makin lepas kendali. Padahal bank sentral AS (The Fed) sudah 3 kali menaikkan suku bunga dengan total 150 basis poin menjadi 1,5% – 1,75%.
Berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja AS, inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) meroket 9,1% year-on-year (yoy) pada Juni, jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya 8,6% dan ekspektasi Dow Jones 8,8%.
Baca juga: Perusahaan Inggris Temukan Sumber Minyak dan Gas di Aceh
Inflasi tersebut semakin jauh lebih tinggi ketimbang rata-rata kenaikan upah per jam di AS yang hanya 5,2% (yoy) bulan lalu.
Alhasil, daya beli masyarakat semakin tergerus, bahkan rakyat Amerika Serikat merasa semakin miskin.
“Masyarakat semakin miskin. Jadi ini bukan resesi, tetapi benar-benar terasa seperti resesi,” kata Ludovic Subran, kepala ekonom di Allianz SE, sebagaimana dilansir Bloomberg, Rabu, 6 Juli 2022.
Dengan inflasi yang semakin menggila, The Fed diperkirakan akan semakin agresif lagi dalam menaikkan suku bunga. Apalagi, pasar tenaga kerja AS masih kuat.
Departemen Tenaga Kerja AS Jumat pekan lalu melaporkan sepanjang bulan Juni perekonomian mampu menyerap 372.000 tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP), jauh lebih tinggi dari estimasi Dow Jones sebesar 250.000 tenaga kerja.
Baca juga: 2 Kreditur Garuda Indonesia (GIAA) Ajukan Kasasi atas Putusan Homologasi
Sementara itu tingkat pengangguran tetap 3,6%, dengan rata-rata upah seperti yang disebutkan sebelumnya tumbuh 5,2% (yoy), lebih tinggi dari estimasi Dow Jones 5%.
“Kenaikan rata-rata upah memberikan arti The Fed akan semakin agresif dalam beberapa bulan ke depan,” kata Andrew Hunter, ekonom senior di Capital Economics, sebagaimana dilansir CNBC International, Jumat, 8 Juli 2022.
The Fed di bawah Jerome Powell berencana menaikkan suku bunga 50 – 75 basis poin di bulan ini. Namun, pasar kini melihat bank sentral paling powerful di dunia ini akan menaikkan 100 basis poin.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat ada probabilitas sekitar 80% The Fed akan menaikkan suku bunga 100 basis poin menjadi 2,5% – 2,75% pada rapat kebijakan moneter 2 pekan ke depan.
Andrew Brenner, kepala aset fixed income internasional di National Alliance Securities mengatakan presiden The Fed wilayah Atalanta, Raphael Bostic yang menyatakan inflasi 9,1% menjadi perhatian, dan semua kemungkinan kenaikan suku bunga bisa terjadi.
Apalagi sebelumnya ada bank sentral Kanada yang memberikan kejutan kenaikan 100 basis poin.
“Anda sudah melihat bank sentral Kanada, sebelumnya kuat diperkirakan akan menaikkan suku bunga 75 basis poin, yang terlihat sangat agresif. Tetapi, tiba-tiba mereka menaikkan 100 basis poin,” kata Brenner sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu, 13 Juli 2022.
The Fed yang semakin agresif bisa membuat pasar finansial bergejolak, tetapi tidak menutup kemungkinan akan menguat. Sebab, menunjukkan The Fed mengerahkan segala cara untuk menurunkan inflasi.
Memang kenaikan suku bunga yang tinggi bisa memicu resesi, tetapi jika inflasi akhirnya melandai maka perekonomian bisa segera bangkit. Ketimbang inflasi semakin tidak terkendali, yang bisa membuat perekonomian mengalami resesi dalam jangka waktu yang panjang. Aha
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News