Media Asuransi, GLOBAL – Indeks harga konsumen China meningkat tipis selama Desember lalu, berkebalikan dengan angka inflasi di sektor produsen yang mengalami kontraksi, memberi sinyal deflasi masih menghantui ekonomi terbesar kedua di dunia ini.
Inflasi di masyarakat naik 0,1% jika dibandingkan Desember tahun lalu (year on year), sesuai dengan ekspektasi pasar, demikian data yang dirilis pemerintah. Angka ini lebih rendah dari inflasi November yang sebesar 0,2%.
Angka CPI yang lemah untuk bulan Desember menunjukkan belanja konsumen China mengalami sedikit pertumbuhan menjelang akhir tahun, karena ketidakpastian yang meningkat atas prospek ekonomi negara tersebut memicu peningkatan kewaspadaan di kalangan konsumen.
Beijing telah mengumumkan serangkaian langkah stimulus pada akhir tahun 2024, yang ditujukan untuk mendukung pertumbuhan. Namun, meskipun langkah-langkah ini memacu beberapa perbaikan dalam aktivitas bisnis, konsumen masih enggan membelanjakan uangnya.
Sementara indeks harga produsen China mencatat penurunan 2,3 persen secara year on year pada Desember 2024 sekaligus mencatat penurunan selama 27 bulan beruntun.
Meski demikian, kondisinya menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Penurunan bulan lalu lebih kecil dibandingkan di November 2024 yang sebesar 2,5 persen tahun ke tahun.
Kondisi perekonomian China mempengaruhi ekonomi negara eksportir komoditas seperti Indonesia dan Australia yang rutin mengirim komoditas untuk keperluan industri di China seperti batu bara dan minyak sawit.
Ekonomi China yang tumbuh tinggi akan memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia karena akan meningkatkan permintaan dari negara berpenduduk 1,4 miliar ini.
Editor: Irdiya Setiawan
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News