Media Asuransi, JAKARTA – Infovesta Utama menyarankan investor untuk memanfaatkan strategi buy on weakness ketika IHSG sedang terkoreksi. Investor dapat lebih selektif lagi dalam memilih saham dengan melihat fundamental yang masih tergolong undervalued.
Dikutip dari Weekly Mutual Funds Update, Tim Riset Infovesta Utama menerangkan IDX Composite (IHSG) dalam sepekan terakhir bergerak bullish sebesar +0,56% ke level 6.926,78 poin. Investor asing mencatatkan net buy di pasar saham sebanyak Rp49,03 miliar. Aksi net buy dominan terjadi pada saham BBNI (Rp397,9 miliar), TLKM (Rp241 miliar), dan FILM (Rp140,7 miliar).
Sentimen penggerak pasar dari domestik yakni rilis data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada September 2023 melandai di level 121,7 poin (prev: 125,2 poin). Meskipun lebih rendah dari bulan sebelumnya, tingkat konsumsi masih menunjukkan level optimisnya. Pendorong tingkat konsumsi kedepan dipengaruhi oleh periode berlangsungnya musim pemilu yang akan mendorong tingkat consumer spending. Sehingga, tingkat konsumsi masih akan tetap menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia (IMF: Forecast Economic Outlook, 2023F; 5,0%, 2024F; 5,0%).
|Baca juga: Analis Sebut Saham PGEO Punya Prospek Bagus, Ini Alasannya
Sentimen dari global, rilis data PPI tahunan AS terbaru melonjak menjadi 2,2% (prev: 2%), lonjakan ini terutama dipengaruhi oleh respons harga minyak global yang sempat kembali rebound sehingga meningkatkan cost perusahaan terutama dari sisi biaya transportasi. Rilis data inflasi tahunan AS tumbuh stagnan di level 3,7%. Biaya servis yang tinggi menjadi alasan tingkat inflasi masih cukup lambat untuk turun.
Dari China, rilis data inflasi tahunan kembali turun di level 0% (prev: 0,1%). Pertumbuhan ekonomi China yang masih lambat terutama dari sisi permintaan yang masih lemah akan menjadi tekanan deflasi terhadap daya jual. Pasar Obligasi bergerak bullish dalam sepekan terakhir. Yield SUN 10-yr turun sebesar 22 bps ke level 6,78%. Pendorong pasar obligasi tertuju pada sentimen global yakni rilis data inflasi tahunan AS yang stagnan, namun inflasi secara bulanan menunjukan perlambatan menjadi 0,4% (Prev: 0,6%).
Pada rapat FOMC terbaru memberikan sinyal bahwa pejabat the Fed sepakat ke depannya kebijakan moneternya akan bersifat restriktif, menahan tingkat FFR dalam waktu yang panjang hingga laju inflasi turun di level 2%.
“Dalam sepekan kedepan, pada pasar saham, investor diharapkan dapat memanfaatkan strategi buy on weakness ketika IHSG sedang terkoreksi. Investor dapat lebih selektif lagi dalam memilih saham dengan melihat fundamental yang masih tergolong undervalued.”
Sedangkan pada pasar obligasi, melihat kurva imbal hasil surat utang pemerintah menunjukan kondisi flattening yield curve. Bagi investor yang melakukan investasi pada instrumen surat utang, strategi barbell merupakan strategi yang tepat ketika terjadi flattening yield curve, dimana investor dapat membeli obligasi jangka pendek dengan valuasi yang lebih menarik dan mengurangi risiko pasar, serta investor dapat melakukan akumulasi pada tenor obligasi jangka panjang.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News