Media Asuransi – PT Infovesta Utama menyarankan kepada investor reksa dana untuk tidak terlalu khawatir terhadap pelemahan yang dialami oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang pekan lalu.
Melalui Infovesta Mutual Funds Update edisi 1 Februari 2021, Tim Riset Infovesta menilai koreksi yang sedang dialami oleh IHSG saat ini merupakan koreksi jangka pendek. “Tidak menutup kemungkinan bahwa IHSG dapat mengalami technical rebound kecil karena sudah tertekan selama sepekan penuh,” jelas Infovesta.
Melihat pelemahan IHSG ini, investor reksa dana berbasis saham diminta tidak perlu terlalu khawatir karena peluang pemulihan ekonomi di tahun 2021 masih terbuka lebar dan koreksi IHSG diharapkan hanya terjadi dalam jangka pendek untuk kembali mengalami penguatan.
Menurut Infovesta, penyebab Kinerja Reksa Dana Berbasis Saham Anjlok selama sepekan kemarin adalah selama sepekan lalu, kinerja reksa dana berbasis saham seperti reksa dana saham dan reksa dana campuran mengalami penurunan drastis. Hal ini disebabkan oleh kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang selama sepekan penuh mengalami koreksi atau pelemahan sehingga mengerek kinerja pasar saham di awal tahun 2021 ke teritori negatif.
Baca juga:
- Laba Anjlok 46%, Bagaimana Rekomendasi Saham BBRI?
- Hari Ini, 2 Emiten Listing Saham di BEI
- MNC Sekuritas: 4 Saham Menu Trading 1 Februari 2021
Volume transaksi investor asing mencatatkan aksi jual bersih sebesar Rp375,08 miliar walaupun pada awal pekan masih sempat mencatatkan aksi beli bersih. Euphoria pasar saham yang terjadi di awal Januari 2021 sudah priced in sehingga January Effect tidak bertahan lama.
Selain itu, terdapat beberapa sentimen negatif baik dari lokal maupun global yang membebani kinerja IHSG sepekan lalu. Dari Indonesia, perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) karena kasus Covid Indonesia sudah menembus 1 juta kasus sehingga berpotensi menghambat pemulihan ekonomi Indonesia di tahun 2021.
Berikutnya, pemeriksaan kasus BPJS Ketenagakerjaan terkait kasus dugaan korupsi pengelolaan keuangan dan dana investasi BPJS juga turut memberikan sentimen negatif. Dari sisi investor aktif ritel yang jumlahnya naik 4 kali lipat sepanjang tahun lalu juga turut mewarnai kinerja saham dalam negeri, tetapi akibat transaksi margin yang dilakukan membuat investor harus melakukan aksi jual paksa terhadap beberapa saham yang terdaftar dalam Daftar Efek Marjin yang mengalami pelemahan sehingga membebani kinerja IHSG.
Dari Global, stimulus fiskal besar-besaran yang diajukan oleh Joe Biden belum mendapatkan kepastian dimana Biden terbuka untuk menyusun ulang proposal bantuan Covid-19 senilai US$1,9 triliun sehingga investor masih wait and see menantikan kepastian stimulus yang terancam tertunda. Selanjutnya, The Fed masih mempertahankan tingkat suku bunga acuan di 0-0,25% tetapi risiko akibat pandemi masih sangat tinggi dalam jangka pendek dan kondisi pandemi semakin mengkhawatirkan sementara proses vaksinasi tidak berjalan dengan cepat.
“Kinerja IHSG selama sepekan kedepan diperkirakan melanjutkan tren pelemahan dan masih belum ada sentimen positif yang dapat mendorong kinerja IHSG untuk kembali naik tinggi.” Aca
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News