1
1

Ingin Kuliahkan Anak ke Luar Negeri, Siapkan dengan Investasi yang Pas

Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI). | Foto: doc

Media Asuransi, JAKARTA – Menyekolahkan anak di luar negeri merupakan impian sebagian orang tua di Indonesia, dan tujuan tersebut membutuhkan persiapan dana dalam jumlah besar. Bagaimana cara mempersiapkan dana pendidikan agar kita bisa menyekolahkan anak ke luar negeri? Simak tips dari PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) berikut ini.

Pertama, cari tahu biaya sekolah hingga akomodasi. “Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari tahu berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk menyekolahkan anak ke luar negeri, mulai dari uang pangkal, biaya per semester, hingga biaya hidup bulanan di negara tujuan,” kata Investment Specialist MAMI, Krizia Maulana, dalam keterangan resmi yang dikutip Media Asuransi, Senin, 18 April 2022.

Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah perbedaan mata uang. Biaya pendidikan di luar negeri umumnya menggunakan mata uang asing. Oleh karena itu, sebaiknya dana pendidikan juga disiapkan dalam mata uang negara tujuan atau bisa juga dalam dolar AS. Pertimbangannya adalah agar tidak terjadi perbedaan atau selisih kurs di kemudian hari yang berpotensi mengganggu persiapan biaya kuliah anak. Untuk itu, investasi dalam mata uang dolar AS bisa menjadi salah satu opsi.

Kedua, memilih instrumen investasi yang tepat. Setelah mengetahui seluruh biaya selama anak menempuh pendidikannya di luar negeri, dengan sudah memperhitungkan faktor inflasi, langkah berikutnya adalah menentukan instrumen investasi yang tepat untuk mengembangkan dana pendidikan anak.

|Baca juga: Mengerikan, Kerugian Akibat Investasi Bodong Capai Rp35,7 Triliun

“Perlu diketahui, dana pendidikan adalah dana yang harus ada saat dibutuhkan, untuk itu selain penempatan pada kelas aset pasar uang seperti pada tabungan dan deposito berdenominasi dolar AS, kita juga bisa menambahkan porsi reksa dana saham sebagai booster karena sifatnya yang likuid atau mudah untuk dijual kembali serta memiliki potensi pengembalian hasil yang tinggi,” jelas Krizia.

Dia tambahkan, penempatan dana investasi di reksa dana saham bisa menjadi pilihan jika persiapan dilakukan dalam jangka waktu yang cukup panjang atau di atas 10 tahun. Apalagi saat ini sudah ada beberapa reksa dana berdenominasi dolar AS yang menangkap peluang investasi di pasar saham domestik dan luar negeri.

“Contoh reksa dana saham dalam denominasi dolar AS yang menangkap peluang di pasar domestik adalah Manulife Greater Indonesia Fund (MGIF). Sedangkan bagi investor yang ingin menangkap peluang dari pasar saham di Asia Pasifik, bisa memanfaatkan reksa dana Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS (MANSYAF). Portofolio MANSYAF terdiri dari saham-saham perusahaan Asia berskala global dengan pendapatan mancanegara, sehingga outlook kinerja tidak dipengaruhi kondisi makroekonomi di negara asalnya,” tuturnya.

Menurut Krizia Maulana, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk berinvestasi di pasar saham. Tahun ini Indonesia berada pada posisi yang atraktif, berbeda dengan negara maju yang mengalami tren normalisasi, Indonesia justru diuntungkan oleh momentum pemulihan ekonomi seiring dengan pulihnya mobilitas masyarakat dan meningkatnya vaksinasi. Posisi Indonesia sebagai net eksportir komoditas juga memberikan efek lindung nilai dari kenaikan harga komoditas.

Kenaikan harga komoditas memberikan trickledown effect terhadap perekonomian secara keseluruhan lewat meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang bekerja dan berhubungan dengan sektor yang bersangkutan. Hal ini membuat Indonesia menjadi destinasi diversifikasi investasi di tengah dinamika global yang sedang terjadi. Kondisi yang kondusif serta posisi kepemilikan asing yang masih relatif rendah membuka peluang penguatan lebih lanjut di pasar saham Indonesia.

Hal positif lainnya datang dari pasar finansial Asia, termasuk Indonesia, yang bersama ASEAN-4 (Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand) diperkirakan akan mengalami lonjakan pertumbuhan yang signifikan. “Asia dianggap memiliki fondasi makroekonomi yang lebih kuat dalam menghadapi pengetatan moneter Amerika Serikat,” katanya.

Dia tambahkan, ada banyak peluang yang bisa dimanfaatkan untuk menyiapkan dana pendidikan tinggi ke luar negeri. “Sebaiknya pilih produk yang sesuai dengan profil risiko, tujuan, dan jangka waktu. Persiapan dalam jangka waktu yang panjang akan membuahkan hasil yang lebih optimal,” tegas Krizia Maulana. 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Peningkatan Prompt Manufacturing Index Diprakirakan Berlanjut di Kuartal II/2022
Next Post Neraca Dagang Indonesia Maret 2022 Alami Surplus US$4,53 Miliar

Member Login

or