1
1

Ini Risikonya Bila BI Lakukan Pelonggaran Moneter

Kantor pusat bank Indonesia. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Pelonggaran kebijakan Bank Indonesia pada tahun ini dinilai dapat membawa risiko peningkatan fluktuasi nilai tukar rupiah karena bank sentral di negara-negara maju masih akan terus menaikkan suku bunga acuannya.

Melalui Daily Write Up bertajuk Macro Update – February’s inflation update: Supply-driven pressure, ekonom Mirae Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, mengatakan bahwa inflasi IHK Indonesia tercatat naik menjadi 5,5% yoy di bulan Februari (vs 5,3% YoY di bulan Januari), lebih tinggi dari ekspektasi konsensus yang sebesar 5,4% yoy.

|Baca juga: Kebijakan Moneter Ketat Diperkirakan Berlanjut, Suku Bunga Acuan Capai 6%

“Kenaikan inflasi tersebut didorong oleh kondisi cuaca berupa curah hujan yang tinggi di beberapa daerah yang menyebabkan banjir sehingga mengganggu produksi dan distribusi pangan,” jelasnya.

Menurutnya, inflasi inti terus melambat di bulan Februari sebesar 3,1% yoy (vs 3,3% yoy di bulan Januari), terendah sejak September 2022 ketika pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. Inflasi inti yang menurun sejalan dengan target kebijakan moneter BI yang menaikkan suku bunga kebijakan sebesar 225 bps sepanjang Juli 2022-Januari 2023.

Rully percaya bahwa siklus pengetatan BI berakhir pada Januari 2023, ketika meningkat 25 bps menjadi 5,75%. Dia memperkirakan BI7DRR akan tetap pada level tersebut hingga akhir tahun ini.

“Kami menilai apabila BI melakukan pelonggaran kebijakan moneter tahun ini akan membawa risiko peningkatan fluktuasi nilai tukar karena bank sentral di negara-negara maju, termasuk The Fed masih akan terus menaikkan suku bunga,” jelasnya.

Editor: S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post BPKH dan Bank Muamalat Sinergi Layanan Digital
Next Post CIMB Niaga Gelar Wealth Xpo

Member Login

or