Media Asuransi, JAKARTA – Tren investasi di Indonesia terus tumbuh signifikan dari waktu ke waktu. Laporan Populix berjudul ‘Unlocking Insights Into Digital Investment Trends‘ mengungkapkan 47 persen responden meyakini investasi digital memberikan keuntungan lebih besar daripada investasi konvensional seperti tabungan dan deposito.
Sebelumnya, KSEI mencatat peningkatan jumlah investor pasar modal mencapai 11 persen (ytd), dari 12,17 juta investor pada 2023 menjadi 13,45 juta investor sampai dengan 9 Agustus 2024. Di tengah pertumbuhan positif tren investasi ini, generasi muda menyumbang peran besar. Menurut data KSEI, 54,96 persen investor individu berusia di bawah 30 tahun.
Co-Founder dan CEO Populix Timothy Astandu mengatakan peningkatan tren investasi digital membutuhkan dukungan tidak hanya dari platform investasi yang terpercaya, tetapi juga dari literasi keuangan, khususnya terkait aktivitas investasi. Dengan pemahaman lebih komprehensif, semakin banyak orang akan merasa percaya diri mengeksplorasi investasi digital.
|Baca juga: Industri Asuransi Jiwa Optimalkan Kanal Distribusi untuk Tingkatkan Pendapatan Premi
|Baca juga: Mandiri Sekuritas Tawarkan Investasi di SBN Syariah SR021
“Penyederhanaan konsep investasi yang kompleks tentunya juga akan mendorong inklusi keuangan yang lebih luas, memungkinkan lebih banyak orang membuat keputusan yang tepat sesuai dengan tujuan keuangan mereka di era ekonomi digital saat ini,” ujar Timothy, dalam keterangan resminya yang dikutip Minggu, 1 September 2024.
Pemahaman responden terhadap investasi digital
Menurut survei dari Populix, sebanyak 55 persen responden memiliki pemahaman dasar mengenai investasi digital, terutama dalam instrumen seperti saham dan reksa dana. Namun, penelitian ini mengungkap adanya variasi pemahaman di antara responden terkait perbedaan antara investasi digital dan konvensional seperti deposito atau tabungan.
Dari total responden, 42 persen memiliki pemahaman yang baik tentang perbedaan ini, 44 persen memiliki pengetahuan yang terbatas, sementara 14 persen lainnya tidak mengetahui perbedaannya sama sekali.
Di sisi lain, 89 persen responden menyatakan mereka memahami risiko yang terkait dengan investasi digital, meskipun tingkat pemahaman dan cara pengelolaannya bervariasi, terutama di kalangan responden pria yang sudah bekerja, berdomisili di Jabodetabek, dan berasal dari SES menengah ke atas.
Namun, terdapat kesenjangan yang cukup besar dalam hal pemahaman mengenai cara mengukur kesuksesan investasi digital, dengan 49 persen responden hanya memiliki sedikit pemahaman, dan 18 persen lainnya sama sekali tidak tahu bagaimana mengukur keberhasilan investasi digital.
|Baca juga: KPK Tahan 2 Tersangka Dugaan Korupsi Jasindo, Ini Respons Netizen!
|Baca juga: PermataBank Meluncurkan PermataUltimate Card
“Studi kami memperlihatkan kesadaran akan peraturan dan pengawasan terkait investasi digital di Indonesia sangat bervariasi di antara responden. Hampir setengahnya memahami dan familier dengan peraturan tersebut, menunjukkan pemahaman yang kuat tentang regulasi yang berlaku di Indonesia,” kata Timothy.
Sementara itu, kurang dari setengahnya pernah mendengar tentang peraturan, tetapi tidak memiliki pengetahuan mendalam, dan sebagian kecil sama sekali tidak mengetahui peraturan apapun yang terkait.
Perilaku investasi digital di Indonesia
Masih menurut laporan, sebesar 90 persen responden mengaku mencari terlebih dahulu informasi seputar investasi digital sebelum mereka memulai berinvestasi. Sebanyak tujuh dari 10 responden mencari informasi terkait pasar modal dan investasi selama beberapa kali dalam sebulan.
Laki-laki, mereka yang bekerja, dan mereka yang berasal dari kelas menengah atas cenderung lebih sering mengakses informasi ini. Sebaliknya, perempuan lebih jarang atau bahkan hampir tidak pernah mencari informasi terkait investasi.
Setengah dari responden yang disurvei percaya dengan transparansi dan keamanan investasi digital. Tingkat kepercayaan ini menunjukkan persepsi yang positif terhadap kemampuan platform digital untuk menjaga dan memberikan informasi yang jelas terkait praktik berinvestasi.
|Baca juga: Industri Asuransi Jiwa Optimalkan Kanal Distribusi untuk Tingkatkan Pendapatan Premi
|Baca juga: Mandiri Sekuritas Tawarkan Investasi di SBN Syariah SR021
Responden memutuskan untuk berinvestasi secara digital utamanya karena kenyamanan untuk melakukan transaksi kapan pun dan di mana pun. Selain itu, kemampuan untuk berinvestasi dengan modal rendah juga menjadi alasan mengapa responden tertarik untuk berinvestasi secara digital.
Di sisi lain, responden mengungkapkan kekhawatiran tentang stabilitas dan keberlangsungan bisnis platform investasi. Mereka khawatir akan kemungkinan kebangkrutan atau masalah operasional platform tempat mereka berinvestasi, serta volatilitas dan fluktuasi pasar. Hal-hal ini menjadi faktor yang menghambat mereka dalam memulai investasi.
Rencana investasi digital
Dengan pemahaman terhadap investasi digital, mayoritas responden (67 persen) menyatakan berencana berinvestasi digital di tahun depan, karena investasi digital dipandang sebagai cara praktis untuk mendapatkan keamanan finansial dan meningkatkan pendapatan, bahkan dengan modal yang minimal.
Sebanyak 74 persen di antaranya menyediakan anggaran modal investasi hingga Rp5 juta, di mana 33 persen di antaranya memiliki anggaran kurang dari Rp1 juta.
Adapun rencana investasi ini bertujuan sebagai dana darurat (68 persen), pendapatan tambahan (61 persen), pembelian aset seperti rumah, kendaraan, dan sebagainya (48 persen), dana pensiun (46 persen), dana pendidikan (40 persen), dan diversifikasi portofolio investasi (25 persen).
Sementara itu, satu dari tiga responden menyatakan masih ragu dalam menggunakan investasi digital terutama karena kurangnya pengetahuan tentang investasi digital dan khawatir akan risiko kerugian modal.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News