Media Asuransi, JAKARTA – Infovesta Utama merekomendasikan investor dapat melakukan aksi buy pada saham perbankan. Sedangkan pada obligasi, saat ini masih menjadi waktu yang tepat untuk mengoleksi SUN.
“Investor dapat mengurangi porsi tenor jangka pendek dan menambah porsi tenor menengah hingga panjang,” tulis Tim Riset Infovesta Utama dalam Weekly Mutual Funds Update dikutip, Selasa, 23 Juli 2024.
Dalam sepekan terakhir kinerja IDX Composite (IHSG) bergerak bearish sebesar -0,45% ke level 7.294,50 dipicu oleh mayoritas saham big-caps yang melemah. Namun di sisi lain asing sedang melakukan aksi beli bersih sebanyak Rp1,55 triliun. Dari sisi saham, top laggards pemberat IHSG yakni BREN (-7,67%), AMMN (-3,42%), dan TLKM (-2,48%).
|Baca juga: Infovesta: Investor Bisa Buy on Weakness Saham Bank Big Caps
Dari sentimen domestik, rilis data neraca perdagangan pada bulan Juni 2024 surplus sebesar US$2,39 Miliar terutama berasal dari sektor nonmigas US$4,43 miliar, tetapi terjadi defisit pada sektor migas senilai US$2,04 miliar.
Kinerja positif nonmigas didukung oleh ekspor komoditas bersumber dari sumber daya alam, seperti lemak dan minyak hewani/nabati, maupun ekspor produk manufaktur seperti mesin dan peralatan mekanis. Negara yang menjadi kontributor utama ekspor Indonesia adalah China, Amerika Serikat dan India.
Nilai ekspor dan impor Indonesia secara MoM mengalami penurunan -6,65% & -4,89%, secara YoY naik sebesar +1,17%. dan +7,58%. Sentimen lainnya, Bank Indonesia melaporkan pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh perbankan sebesar +12,36% YoY. Hal ini didukung oleh likuiditas perbankan yang cukup. Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit dipengaruhi oleh permintaan dari korporasi sejalan dengan kinerja penjualan yang tetap tinggi dan kemampuan bayar yang tetap kuat.
|Baca juga: REVIEW SEPEKAN: Mayoritas Data Perdagangan BEI Terkoreksi
Sementara itu, permintaan kredit dari rumah tangga juga terjaga stabil, terutama dari kelas menengah-atas, seiring dengan ekspektasi penghasilan yang terjaga. Dari China, rilis data PDB pada kuartal II/2024 tumbuh +4,7% YoY atau dibawah perkiraan sebesar 5,1% YoY. Hal ini dikarenakan segmen yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi China mengalami perlambatan seperti penjualan ritel hanya tumbuh +2% serta segmen investasi di bidang infrastruktur dan manufaktur yang tumbuh 3,9%. Dari AS, rilis data penjualan ritel pada bulan Juni stagnan alias 0,0% MoM dibandingkan bulan Mei.
Pasar obligasi dalam sepekan terakhir ditutup optimistis. Infovesta Gov. Bond Index naik +0,13% ke level 10.285,30. Yield SBN pun juga bergerak bullish terbatas dimana tenor 10-tahun turun -3,1bps ke level 6,99%.
Sentimen dari domestik yakni rilis data BI Rate, dimana Bank Indonesia memutuskan untuk kembali menahan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 6,25%, Depocit Facility 5,50% dan Lending Facility 7,00%. Keputusan ini tetap konsisten untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam target 2,5+1% pada tahun 2024 ini.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News