1
1

Investor Disarankan untuk Buy on Weakness terhadap Saham Bluechip

Perdagangan Saham di Bursa Efek Jakarta. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Sejumlah faktor eksternal telah mempengaruhi kinerja IHSG yang mengalami penurunan pada penutupan perdagangan 13 Mei 2022 sebesar 8,73%. Meski demikian, pelemahan tersebut diperkirakan hanya sesaat dan IHSG masih berpotensi berbalik menguat seiring dengan fundamental ekonomi Indonesia yang baik.

Mengutip Weekly Mutual Funds Update PT Infovesta Utama, Tim Riset Infovesta menjelaskan penurunan terjadi dari berbagai faktor, yang pertama, rilis data inflasi AS mencapai 8,3% (YoY) yang membuat ekspektasi the Fed akan tetap agresif menaikkan suku bunga serta rencana kenaikan suku bunga BI bulan ini. 

Adapun dampak potensi kenaikan suku bunga the Fed yang agresif juga turut melemahkan mata uang Rupiah sebesar 0,77% sepekan terakhir ke level Rp14.610 per dolar AS. Yang kedua, IHSG memang sudah mencapai level tertinggi sepanjang tahun 2022 sehingga investor memanfaatkan momentum ini untuk melakukan aksi take profit. 

|Baca juga: IHSG Lanjutkan Penguatan, Strong Buy 3 Saham Ini

Meskipun begitu, IHSG diperkirakan hanya mengalami pelemahan sesaat karena masih didorong rilis fundamental ekonomi yang baik, rilis pembagian dividen dan rilis kinerja emiten per kuartal I 2022. “Sehingga, kami menyarankan investor sebaiknya mencermati pergerakan pasar dengan melakukan aksi buy on weakness terhadap saham bluechip atau wait & see sambil terus memantau perkembangan isu dan sentimen yang berlanjut di pasar.” 

Di saat yang bersamaan, pasar obligasi juga mengalami tekanan akibat sentimen kenaikan suku bunga the Fed seiring dengan masih tingginya tekanan inflasi serta kondisi geopolitik Rusia-Ukraina yang belum mereda dan naiknya US yield treasury menjadi sentimen negatif bagi pasar obligasi Indonesia. 

“Pelemahan harga obligasi akan terus berlanjut setidaknya hingga akhir semester I 2022. Oleh karena itu, kami menyarankan sebaiknya para pelaku pasar untuk sementara menghindari investasi pada instrumen ini sampai yield memasuki entry point yang atraktif menyentuh 7%.” 

Lalu bagaimana dengan pasar Reksa Dana? Kinerja reksa dana saham dan reksa dana pendapatan tetap masih menunjukkan kecenderungan menurun sejalan dengan sentimen negatif yang mempengaruhi pasar saham maupun obligasi. 

“Kami memperkirakan tekanan ini akan terus berlanjut hingga kuartal II tahun 2022. Ditengah kondisi pelemahan ini, para pelaku pasar dapat mengalihkan investasinya ke reksa dana pasar uang yang lebih stabil di tengah fluktuasi pasar akibat isu kenaikan suku bunga.”

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post 4 Saham Pilihan Menu Trading Hari Ini 18 Mei 2022
Next Post MARKET REVIEW: IHSG Menguat 0,7%, Saham Batu Bara Menarik Dikoleksi

Member Login

or