Media Asuransi – Saham emiten produsen jarum suntik PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) meroket 16,18% ke Rp1.975/saham pada perdagangan Senin, 28 Juni 2021. Penguatan saham IRRA terjadi di tengah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ambles hingga 1,38% di 5.939, dengan jual bersih asing di pasar reguler Rp221 miliar.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, saham IRRA ditransaksikan senilai Rp121 miliar dengan volume perdagangan 64 juta saham. Sepekan terakhir saham IRRA naik 13% dan sebulan terakhir juga menguat 28%. Asing masuk ke saham IRRA pada Senin mencapai Rp 369 juta dan secara tahunan atau year to date (ytd) asing tercatat masih net buy Rp18 miliar.
Di tengah tingginya kasus Covid-19 di Indonesia, IRRA terus mencatatkan kinerja impresif. Dalam 3 hari terakhir, memang terjadi rekor tinggi penambahan kasus harian Covdi-19.
Baca juga: Ingin Jadi Investor? Kenali Jenis-Jenis Investasi Ini
Pada Senin, 28 Juni 2021, data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat kasus baru bertambah 20.694 orang. Ini merupakan rekor tertinggi ketiga setelah Sabtu dan Minggu yang sempat menyentuh angka 21.095 dan 21.342 orang. Jumlah kasus baru tersebut membuat akumulasi kasus positif menjadi 2,13 juta orang.
Per Maret 2021 atau kuartal I, IRRA mampu meraup pendapatan Rp228,16 miliar, melesat 754% periode yang sama tahun lalu Rp26,71 miliar. IRRA mencatat penjualan lebih dari 10% total pendapatan pada tiga pihak. Porsi penjualan terbesar adalah pada PT Sinergi Utama Sejahtera 20,59% dari total penjualan.
Penjualan ke PT Tawada Healthcare 17,38% dari total pendapatan, sedangkan penjualan ke PT Indofarma Global Medika mencapai 12,81% dari total pendapatan. Lonjakan pendapatan inilah yang menjadi penopang kenaikan laba bersih IRRA.
Laba setelah pajak mencapai Rp20,91 miliar, melesat 846% dari kuartal pertama tahun lalu yang sebesar Rp2,21 miliar. Adapun hingga Mei lalu, IRRA membukukan penjualan Rp331 miliar atau meroket 366% YoY (year on year) dari sebelumnya Rp71,02 miliar.
Baca juga: Perusahaan Besar Eropa Bidik Pasar ASEAN, Indonesia Jadi Target
Sebab itu, manajemen perseroan, dilansir keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) meyakini target pertumbuhan tahun ini sebesar 80-100% bisa kembali diraih. Tak hanya kinerja yang oke saat pandemi, investor IRRA juga dimanjakan dengan adanya dividen.
Hasil RUPST & RUPSLB menyetujui penggunaan laba 2020 sebesar Rp18 miliar atau 30% dari laba bersih tahun 2020 untuk dividen. Tahun lalu, IRRA membukukan laba bersih Rp60,52 miliar, naik 82,3% dari tahun sebelumnya Rp33,21 miliar.
Prospek saham ini terbuka lebar mengingat perseroan fokus pada strategi memperluas bisnisnya ke segmen ritel. Perusahaan juga membuat rencana bisnis strategis sehingga tidak hanya menjadi distributor melainkan juga produksi alat kesehatan.
Tak hanya itu, perusahaan juga tengah mempersiapkan akuisisi perusahaan PT Oneject Indonesia (Oneject). Oneject akan memproduksi alat kesehatan seperti alat antigen, pabrik kantong darah, dan juga safety box untuk jarum suntik bekas pakai. Aha
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News