Media Asuransi, JAKARTA – Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan faktor-faktor tantangan ekonomi global di 2024 masih akan besar. Fragmentasi global, dekarbonisasi, dan digitalisasi masih tetap menjadi faktor utama yang membentuk dinamika ekonomi global dalam jangka pendek sampai menengah.
“Tetapi, dengan fondasi yang cukup baik pada awal 2024, pemerintah masih akan terus mengusahakan menjaga kondisi fiskal agar tetap sehat, sehingga mampu menjadi bantalan untuk mempertahankan shock absorber dan mendukung pertumbuhan ekonomi di 2024,” kata Febriom dikutip dari keterangan resminya, Kamis, 4 Januari 2023.
“Dan pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,2 persen di 2024,” tambah Febrio.
|Baca: Tinjau Lokasi Gempa Sumedang, Menteri Basuki: Segera Lakukan Perbaikan Fasilitas Umum
Laju inflasi terkendali pada rentang target pemerintah. Inflasi 2023 tercatat sebesar 2,61 persen (yoy), turun signifikan dibandingkan dengan 2022 sebesar 5,51 persen (yoy). Angka tersebut merupakan inflasi terendah dalam 20 tahun terakhir, di luar periode pandemi 2020 dan 2021.
Koordinasi yang kuat tim pengendalian inflasi, baik di level pusat maupun daerah, serta efektivitas peran APBN sebagai instrumen shock absorber menjadi faktor kunci terkendalinya inflasi, khususnya inflasi pangan yang terdampak oleh fenomena El Nino di 2023.
“Di 2024, pemerintah akan terus menjaga inflasi terutama dalam menghadapi gejolak harga pangan,” tegas Febrio.
Neraca perdagangan Indonesia
Di sisi lain, Febrio mengatakan, ketahanan eksternal Indonesia masih tetap kuat di tengah pelemahan ekonomi global, terlihat dari neraca perdagangan Indonesia yang konsisten mencatatkan surplus selama 43 bulan berturut turut. Secara kumulatif Januari-November 2023, neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus US$33,63 miliar.
Realisasi sementara APBN di 2023 menunjukkan kinerja yang solid dan kredibel. Sebagai shock absorber, selain menopang agenda pembangunan APBN juga mampu menjaga stabilitas ekonomi, melindungi daya beli masyarakat miskin dan rentan dengan tetap menjaga keberlangsungan fiskal.
|Baca: Mampukah Bitcoin Menembus Level US$50.000 pada 2024?
Dia menuturkan, pelaksanaan kinerja APBN di 2023 mencatatkan kinerja yang positif, seperti pendapatan negara tercatat Rp2.774,3 triliun, atau 12,6 persen di atas target awal APBN 2023, ditopang oleh penerimaan pajak yang tumbuh 5,9 persen, dan kinerja PNBP yang meningkat signifikan ditopang oleh kinerja BUMN dan inovasi layanan.
“Capaian ini tidak terlepas dari kuatnya kinerja penerimaan perpajakan di tengah moderasi harga komoditas global yang ditopang oleh aktivitas ekonomi yang resilien serta hasil reformasi kebijakan dan administrasi perpajakan yang digulirkan pemerintah di akhir 2021,” pungkas Febrio.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News