Media Asuransi, GLOBAL – Pemilik rumah di Amerika Serikat (AS) menghadapi kenaikan biaya asuransi signifikan. Laporan terbaru dari Institut Informasi Asuransi (Triple-I) mengungkapkan sejumlah faktor yang memengaruhi tren ini, termasuk inflasi persisten, naiknya biaya penggantian, masalah rantai pasokan berkelanjutan, serta penyalahgunaan sistem hukum.
CEO Triple-I Sean Kevelighan menjelaskan kenaikan harga bahan konstruksi adalah salah satu penggerak utama peningkatan biaya asuransi. Menurutnya lonjakan biaya penggantian kumulatif terkait asuransi pemilik rumah mencapai 55 persen antara 2020 dan 2022.
“Seperti halnya harga barang material lainnya yang meningkat, bahan konstruksi menjadi elemen penting dalam asuransi pemilik rumah, terutama ketika perusahaan asuransi membantu pelanggan membangun kembali setelah bencana,” ujar Kevelighan, dikutip dari laman Business Insurance, Kamis, 18 Juli 2024.
Selain itu, frekuensi dan intensitas bencana alam juga terus meningkat, khususnya di daerah berisiko tinggi seperti Tenggara dan Barat Daya AS. Laporan tersebut menyebutkan kerugian akibat bencana alam meningkat 10 kali lipat dari 1980-an hingga 2020-an. Pengembangan di daerah pesisir turut memperburuk potensi kerugian ini.
|Baca juga: BI dan Bank Sentral UEA Sepakati Kerja Sama Sistem Pembayaran
Penyalahgunaan sistem hukum juga menjadi faktor yang mendorong kenaikan biaya asuransi. Kevelighan menyoroti peran ‘pengacara papan reklame’ yang mendorong litigasi sebagai pilihan pertama, yang pada akhirnya meningkatkan biaya asuransi.
Kurangnya transparansi dalam pendanaan litigasi pihak ketiga, yang kini menjadi kelas aset global bernilai miliaran dolar, juga menjadi perhatian serius. Investasi asing dalam dana ini dianggap sebagai potensi ancaman keamanan nasional dan seringkali tidak dikenakan pajak.
Triple-I menyarankan bahwa moderasi inflasi dan potensi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS dapat mendorong penjualan rumah baru dan pertumbuhan asuransi pemilik rumah. Namun, perusahaan asuransi harus menyeimbangkan pendapatan investasi dari suku bunga yang lebih tinggi dengan kebutuhan untuk mengendalikan inflasi dan menstabilkan biaya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News