1
1

Kesepakatan Merger & Aqcuisition Asuransi Diperkirakan Meningkat

Ilustrasi. | Foto: Ist

Media Asuransi, GLOBAL – Merger dan akuisisi asuransi (M&A) tetap berlangsung di tengah volatilitas ekonomi yang didorong oleh krisis perbankan dan suku bunga yang tinggi.

Berdasar temuan PwC layanan profesional global, kesepakatan M&A transformasional berskala besar kembali meningkat, karena para pemimpin asuransi semakin memanfaatkan transaksi ini untuk memposisikan ulang bisnis mereka demi kesuksesan jangka panjang.

Dilansir dari laman Insurance Business Mag, perusahaan menghadapi ketidakpastian dan hambatan lain seperti gangguan teknologi.

Di sisi lain, survei integrasi M&A PwC tahun 2023 menunjukkan hampir setengah (48%) kesepakatan M&A pada tahun 2022 diklasifikasikan sebagai transformasional, dibandingkan dengan 19% kesepakatan pada tahun 2019. Kesepakatan transformasional adalah kesepakatan di mana perusahaan memperoleh pasar, saluran, produk, atau operasi baru yang secara fundamental mengubah organisasi mereka.

Sebaliknya, kesepakatan jenis penyerapan tetap stabil di 33% pada tahun 2022 dibandingkan 34% pada tahun 2019. Kesepakatan ‘Tuck-in‘ – yakni perusahaan kecil diakuisisi dan diintegrasikan oleh organisasi besar yang mencari akses ke produk, teknologi, atau bakat utama, anjlok hanya menjadi jatuh ke 13% dari 37% transaksi pada 2019. Akuisisi bisnis untuk dioperasikan secara terpisah dari bagian organisasi lainnya turun menjadi hanya 6% dibandingkan dengan 11% kesepakatan pada tahun 2019.

|Baca juga: Prospek Merger & Akuisisi Pasar Pialang Asuransi Diperkirakan Tetap Kuat Tahun Ini

Dalam periode tiga tahun antara survei PwC, perusahaan asuransi menghadapi perubahan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mempengaruhi ukuran dan jenis transaksi yang terlihat baru-baru ini. Menurut PwC, M&A ‘lebih besar, lebih berani, dan lebih berisiko’, karena para eksekutif asuransi mengakui perlunya mengambil langkah signifikan untuk menjaga agar bisnis mereka tetap berkembang.

“Perusahaan asuransi harus melihat ke dalam, dengan semua aktivitas di sektor ini dan valuasi tinggi yang ingin dibayar pembeli,” kata Mark Friedman, dari PwC.

Menurut survei PwC, ada lebih dari US$7 miliar dalam transaksi yang diumumkan pada periode dari November 2022 hingga Mei 2023. Hal ini menunjukkan bahwa M&A di industri asuransi tetap berlangsung meskipun menghadapi lingkungan kesepakatan yang tidak kondusif.

Menurut Friedman, M&A di banyak sektor tertekan selama enam hingga 12 bulan terakhir karena pukulan ganda dari ketidakpastian ekonomi dan suku bunga yang tinggi. Aktivitas kesepakatan didorong oleh ekuitas swasta, yang cenderung sangat bergantung pada pembiayaan utang, dan seiring meningkatnya pembiayaan utang, begitu pula biaya pembiayaan.

“Ada kepastian seputar harga. Penjual terbiasa mendapatkan kelipatan tertentu, dan pembeli terbiasa membayar kelipatan itu, tetapi model tersebut hanya berhasil karena biaya pembiayaan jauh lebih rendah,” kata Friedman.

|Baca juga: Kenaikan Suku Bunga Berdampak Pada Aktivitas M&A Asuransi

Seiring meningkatnya biaya pembiayaan, ekspektasi penjual tidak serta merta turun, sehingga menyebabkan sedikit mendinginnya pasar kesepakatan. Asuransi bercabang menjadi perusahaan neraca dan perusahaan biaya.

“Di sisi neraca, valuasi perusahaan-perusahaan tersebut tidak terseret oleh biaya pembiayaan karena Anda tidak benar-benar memiliki pembiayaan. Saat portofolio investasi berubah, kesepakatan itu akan menghasilkan hasil yang jauh lebih tinggi,” tambahnya.

Friedman juga mencatat peningkatan minat pembeli pada pialang asuransi, yang tetap menjadi pilihan menarik bagi investor karena relatif stabil. “Saya telah mendengar ini secara anekdot dari banyak klien ekuitas swasta berbeda yang berinvestasi di berbagai sektor. Satu-satunya aset berkinerja terbaik yang mereka miliki dalam portofolio mereka selama masa ekonomi yang tidak menentu adalah bisnis pialang asuransi mereka, karena Anda masih memerlukan asuransi untuk menjalankan bisnis Anda di saat baik atau buruk,” katanya.

Selain itu, broker kurang intensif modal kerja daripada bisnis lain seperti toko ritel atau restoran. “Kami melihat lebih banyak pembeli mengerahkan modal (ke ruang asuransi) yang seharusnya mereka serahkan ke sektor lain, bahkan dengan beban potensi resesi global. Saya pikir itu adalah dua alasan utama kami terus melihat aktivitas yang kuat di sektor ini,” jelas Friedman.

Editor: S. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Tokio Marine Holdings Catatkan Peningkatan Pendapatan Grup 12,5%
Next Post 4 Saham Pilihan Menu Trading Hari Ini 10 Agustus 2023

Member Login

or