Media Asuransi, JAKARTA – Meski mengalami depresiasi hingga menembus Rp15.000 per dolar AS, kinerja nilai tukar rupiah dinilai masih lebih baik dibandingkan dengan mata uang negara berkembang lainnya.
Melalui Daily Write Up Macro Update – June’s FX reserves: Increased due to global bond issuance, analis Mirae Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengatakan tekanan terhadap Rupiah meningkat sejak The Fed mengisyaratkan pengetatan yang lebih agresif bulan lalu. Rupiah menembus level Rp15.000 pada 5 Juli 2022, untuk pertama kalinya sejak Mei 2020.
|Baca juga: Rupiah Terus Melemah, Bank Indonesia Bakal Rilis Kebijakan Baru
Dia menjelaskan semua mata uang, termasuk mata uang negara berkembang serta mata uang utama terdepresiasi lebih dalam tahun ini. Sejak awal tahun, Rupiah terdepresiasi sebesar 5,2%YTD terhadap USD sementara mata uang lainnya di ASEAN terdepresiasi lebih dalam, seperti Ringgit Malaysia, Peso Filipina dan Baht Thailand sebesar 6,2%, 9,2% dan 8,0% YTD. Di antara mata uang utama, Yen Jepang terdepresiasi terdalam sebesar 17,6%YTD. Euro dan Poundsterling masing-masing terdepresiasi sebesar 10,4% dan 12,1%YTD.
Di sisi lain, cadangan devisa (FX) Indonesia meningkat pada Juni 2022, sebesar USD850 juta menjadi USD136,4 miliar (vs USD135,6 miliar pada Mei 2022) di tengah ketidakpastian global dan volatilitas pasar. Posisi cadangan devisa bulan lalu dipengaruhi oleh penerbitan obligasi global serta penerimaan pajak dan jasa. Kemenkeu menerbitkan samurai bond, atau obligasi berdenominasi UPY senilai JPY81bn (USD597mn) bulan lalu. Sementara itu keseimbangan eksternal Indonesia masih cukup baik, tercermin dari surplus neraca perdagangan dan transaksi berjalan.
Imbal hasil obligasi Pemerintah AS dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan, dan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan obligasi Pemerintah AS tenor 2 tahun. Kondisi tersebut biasanya diikuti oleh resesi pada dua tahun berikutnya. Kekhawatiran akan resesi AS masih akan menyebabkan tingginya volatilitas pasar ke depan. “Namun demikian, kami menilai adanya kemungkinan inflasi AS akan melandai seiring penurunan harga minyak dunia secara cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir.”
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News