Media Asuransi – Industri asuransi syariah di Indonesia mencatatkan pertumbuhan di tengah masa pandemi Covid-19. Kontribusi bruto asuransi syariah kuartal I/2021 tercatat sebesar Rp5,82 triliun atau naik 45,2 persen year on year (yoy).
Ketua Umum Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), Tatang Nur Hidayat, mengatakan bahwa pertumbuhan asuransi syariah sangat menjanjikan di tengah kondisi perekonomian yang belum normal. Dia mengatakan, asuransi syariah masih tumbuh dengan baik di berbagai aspek.
|Baca juga: Spin off Asuransi Syariah
“Kalau kita lihat kuartal I/2021 ini, asuransi syariah tumbuh sangat baik dan siap menyongsong masa-masa selanjutnya.” Kata Tatang dalam konferensi pers kinerja dan analisa industri asuransi syariah kuartal I/2021, Senin, 7 Juni 2021.
“Dari sisi kontribusi, mengalami peningkatan yang amat luar biasa karena berhasil tumbuh 45 persen, hampir setengahnya. Ini hal yang patut disyukuri bersama,” ujar Tatang.
Pada kuartal I/2021, nilai investasi industri asuransi syariah tercatat senilai Rp36,28 triliun atau tumbuh 3,29 persen yoy dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp35,13 triliun. Namun, secara kuartalan, nilai investasi itu turun 2,8 persen (quartal-to-quartal/qtq) dari kuartal sebelumnya yakni sebesar Rp37,3 triliun.
|Baca juga: Deretan Strategi Investasi Tepat, Dorong Pertumbuhan Kinerja Asuransi Syariah 2020
Meskipun begitu, hasil investasi pada kuartal I/2021 tercatat mengalami koreksi, yakni tumbuh negatif Rp143 miliar. Capaian itu berbanding terbalik dengan hasil investasi kuartal I/2020 yang untung Rp4 triliun.
Aset asuransi syariah pada kuartal I/2021 mengalami peningkatan 7,32 persen yoy menjadi Rp44,16 triliun. Porsi aset didominasi asuransi jiwa sebesar Rp35,916 triliun atau 81,37 persen, asuransi umum sebesar Rp6,14 triliun atau 13,91 persen, dan reasuransi sebesar Rp2,08 triliun atau 4,71 persen.
Secara keseluruhan, industri asuransi Syariah mengalami pertumbuhan positif kecuali reasuransi syariah. Porsi kontribusi bruto sendiri didominasi oleh asuransi jiwa sebesar Rp5,17 triliun atau 87,62 persen, asuransi umum sebesar Rp510 miliar atau 8,59 persen, dan reasuransi sebesar Rp221 miliar atau 3,79 persen.
Menurut Tatang Nurhidayat, perkembangan positif ini harus disyukuri bersama karena dapat menjadi modal industri untuk terus tumbuh menjadi lebih baik. Perkembangan asuransi syariah sangat dinanti dalam upaya membangun ekonomi syariah serta pemulihan ekonomi nasional.
“Semoga pertumbuhan yang sangat baik ini menjadi pesan bagi semua pihak, baik regulator, pelaku usaha, masyarakat, nasabah, hingga investor, bahwa industri asuransi syariah siap menyongsong peran jadi tulang punggung perekonomian syariah dan nasional,” ujar Tatang.
Lebih lanjut dia tambahkan, perkembangan ini tentu akan menarik bagi investor. Perekonomian syariah kini semakin bergerak naik, dan tumbuh lebih baik, bahkan di luar kondisi normal. Meski ekosistem ekonomi sedang kurang kondusif, keuangan syariah masih tumbuh secara positif. Ken
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News