Media Asuransi, JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mengawali 2023 dengan torehan yang positif dan berkelanjutan. Agenda transformasi yang masih terus berjalan semakin memberikan dampak positif pada perseroan sekaligus membuka berbagai potensi bisnis baru. Di kuartal I/2023, kredit konsolidasi BNI tumbuh 7,2 persen secara tahunan (year on year/yoy) atau mencapai Rp634,3 triliun.
“Perseroan secara konsisten melanjutkan strategi kami untuk tumbuh pada segmen-segmen prioritas, yaitu kepada debitur top tier mulai dari segmen korporasi dan turunan bisnisnya yang masuk dalam sektor industri prospektif, hingga segmen konsumer, dengan tetap mengedepankan asas prudential,” kata Wakil Direktur Utama BNI, Adi Sulistyowati, dalam keterangan resmi yang dikutip Kamis, 20 April 2023.
Dari sisi likuiditas, BNI membukukan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 7,4 persen yoy atau mencapai Rp743,7 triliun. Strategi pertumbuhan DPK difokuskan pada CASA (current account and saving account) khususnya CASA transaksional yang kuat melalui penyediaan solusi keuangan dan transaksi yang komprehensif serta peningkatan kemampuan transaksional terutama pada aplikasi mobile banking dan BNI Direct.
CASA BNI, yaitu giro dan tabungan tumbuh 6,9 persen yoy dengan rasio CASA mencapai 69 persen. Pertumbuhan kredit dan CASA tersebut membuat perseroan mampu mengelola Net Interest Margin (NIM) terjaga pada level 4,7 persen.
BNI membukukan laba bersih kuartal I/2023 sebesar Rp5,2 triliun atau tumbuh 31,8 persen yoy. Hal ini berdampak positif pada rasio profitabilitas yang tercermin dari rasio Return on Average Equity (ROAE) yang meningkat dari 14,3 persen di kuartal I/2022 menjadi 15,5 persen di kuartal I/2023, sekaligus pre-tax Return on Asset (ROA) yang juga meningkat dari 2,3 persen menjadi 2,7 persen.
Adi menyampaikan bahwa pencapaian pada kuartal I/2023 sejalan dengan visi BNI untuk tumbuh secara sehat dan berkelanjutan dalam jangka panjang. “Perseroan terus menjalankan strategi pertumbuhan yang selektif dan terukur agar konsisten menghasilkan pertumbuhan kinerja yang berkualitas,” tegasnya.
“Kami bersyukur kinerja kuartal I/2023 ini dapat diawali dengan baik yang tentunya akan membuat kami semakin optimis untuk membukukan kinerja yang lebih baik lagi dari tahun sebelumnya,” tuturnya.
Adi Sulistyowati menjelaskan bahwa untuk mencapai target bisnis tahun 2023, perseroan telah menetapkan tujuh kebijakan strategis. Pertama, BNI mengembangkan solusi transaksi & ekosistem dalam memenuhi kebutuhan nasabah. Kedua, mengembangkan infrastruktur teknologi serta inovasi digital melalui data driven berbasis analytics, customer experience, dan perluasan partnership.
Ketiga, BNI fokus pada peningkatan CASA dan Fee Based Income (FBI) yang sustain. Keempat, BNI meningkatkan ekspansi bisnis pada corporate top tier serta sektor prioritas, value chain, dan cross selling dengan mengutamakan budaya risiko.
|Baca juga: Bagi Dividen Rp7,32 Triliun, BNI Optimistis Kinerja Semakin Positif di 2023
Kelima, perseroan melanjutkan transformasi human capital, culture, dan operasional sehingga lebih agile dan lean dalam mendukung bisnis. Keenam, perseroan memperkuat jaringan bisnis Internasional dalam mendukung penetrasi pasar global. Ketujuh, BNI juga mengoptimalisasi sinergi BNI Grup dalam memperkuat posisi perusahaan anak.
“Dengan berpedoman kepada tujuh kebijakan strategis tersebut, tentunya kami optimistis akan dapat mencapai target bisnis kami di tahun 2023,” katanya.
Sementara itu Direktur Finance BNI, Novita Widya Anggraini, memaparkan bahwa dinamika bisnis dan ekonomi serta baru pulihnya perekonomian nasional pasca pandemi membuat BNI harus cermat dalam mengidentifikasi dan mendorong mesin-mesin pertumbuhan bisnis yang telah siap untuk melakukan ekspansi.
Hal ini bertujuan untuk memastikan kualitas aset tetap terjaga dan BNI mampu mengoptimalkan pendapatan dari ekosistem bisnis nasabah sehingga pencapaian laba dapat sustain ke depannya.
Kinerja pertumbuhan kredit pada kuartal I/2023 didorong oleh segmen korporasi swasta yang tumbuh 21,2 persen yoy menjadi Rp234,0 triliun, diikuti oleh segmen enterprise atau large commercial yang meningkat 13,2 persen yoy menjadi Rp52,2 triliun, dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang tumbuh 7,8 persen yoy menjadi Rp50,1 triliun.
Sementara, segmen konsumer secara keseluruhan tumbuh 11,9 persen yoy menjadi Rp113,4 triliun, dengan personal loan dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menjadi mesin pertumbuhan dengan masing-masing meningkat 19,2 persen yoy menjadi Rp44,5 triliun dan tumbuh 8 persen yoy menjadi Rp54,5 triliun.
BNI juga melihat debitur yang terdampak pandemi terus mengalami pemulihan. Hal ini berdampak positif pada komposisi portofolio restrukturisasi kredit akibat Covid-19 yang hingga akhir kuartal I/2023 tersisa Rp45,8 triliun, atau hanya mencapai 7,3 persen dari total kredit, jauh menurun dari kuartal I/2022 yang masih mencapai 12 persen dari total kredit.
Penurunan ini terutama berasal dari sektor-sektor yang paling terdampak pandemi seperti restoran, hotel, tekstil dan konstruksi, mengindikasikan bahwa bisnis debitur kembali pulih. “Kami tentunya sangat bersyukur bahwa portofolio kredit restruktursasi terdampak pandemi terus mengalami penurunan. Penurunan tersebut berasal dari sektor-sektor yang paling terdampak pandemi dan mengindikasikan bisnis debitur mulai pulih,” kata Novita.
Selain pertumbuhan bisnis yang selektif dan berkualitas, Novita menambahkan bahwa penting bagi perseroan saat ini untuk menjaga tingkat likuiditas dan permodalan. Pertumbuhan DPK yang sehat terutama dari CASA mampu membawa BNI menjaga posisi Loan to Deposit Ratio (LDR) stabil di level 85,4 persen. Indikator kecukupan likuiditas lainnya seperti Liquidity Coverage Ratio (LCR) dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) juga terus berada pada posisi yang sangat kuat, jauh di atas ketentuan regulator.
“Sementara itu, tingkat kecukupan permodalan terus meningkat dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai 21,6 persen, naik 230 bps (basis points) secara tahunan. Kecukupan likuiditas dan permodalan Perseroan ini menjadi bekal penting untuk terus tumbuh dengan tetap memiliki ketahanan yang kuat dalam mengantisipasi risiko di masa depan serta menjaga kepercayaan nasabah dan seluruh stakeholders,” jelas Novita.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News