Media Asuransi, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan bahwa tingginya inflasi di dunia akibat krisis pangan dan energi menjadi faktor pendorong kebijakan moneter yang agresif, terutama pada kenaikan suku bunga acuan global.
|Baca juga: Untuk Kali Ketiga, Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga Acuan Sebesar 50 Bps
Perry memperkirakan, ekonomi global pada 2023 masih berpotensi melambat dengan pertumbuhan sebesar 2 persen, yang awalnya diperkirakan bisa mencapai 2,6 persen.
“Secara keseluruhan ekonomi dunia yang tahun ini semula diperkirakan 3 persen, akan turun ke 2,6 persen. Bahkan ada risiko turun lagi ke 2 persen, terutama di Amerika Serikat dan Eropa,” katanya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin, 21 November 2022.
Selain itu, perekonomian global di tahun ini dan tahun depan diperkirakan masih akan terus bergejolak. Hal ini disebabkan masih tingginya tensi geopolitik yang terjadi.
“Kondisi global tahun ini dan tahun ke depan itu masih akan terus bergejolak. Kita tidak tahu kapan selesainya perang Rusia dan Ukraina. Juga perang dagang antara AS dan China juga memanas, termasuk geopolitik di Taiwan,” jelas Perry.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News