Media Asuransi, JAKARTA – Selain KTT ASEAN ke-42, akan digelar juga ASEAN Leaders’ Interface with ASEAN-BAC yang menjadi wadah dialog antara pemerintah dan swasta di kawasan Asia Tenggara.
Ketua ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) dan Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid, menyatakan bahwa kedua pertemuan ini merupakan momentum untuk penguatan pariwisata dan UMKM di Labuan Bajo yang merupakan salah satu dari 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Indonesia.
Arsjad juga menyebutkan selain pariwisata, KTT ASEAN 2023 merupakan kesempatan yang baik untuk percepatan transisi energi Indonesia. “Menteri Luar Negeri dalam keterangan pers sebelumnya sempat menyinggung bahwa nanti akan ada beberapa kesepakatan dalam pertemuan tersebut, salah satunya ekosistem kendaraan listrik. Saya melihatnya sebagai peluang bagi Indonesia untuk memimpin transisi energi di ASEAN,” kata Arsjad, dikutip dalam keterangan resminya, 18 April 2023.
Selain pemerintah pusat dan daerah, sektor swasta juga turut berkontribusi dalam pengembangan ekosistem UMKM dan pariwisata. Pembangunan infrastruktur seperti Kawasan Waterfront Marina, Tana Mori, hingga Puncak Waringin menjadi contohnya.
|Baca juga: Pidato di Pembukaan KTT ASEAN-Uni Eropa di Brussels, Jokowi: Maju Bersama, Maju Setara
“Pembangunan infrastruktur di Labuan Bajo ini sudah luar biasa untuk kemudahan akses pariwisata dan UMKM. Tentu manfaatnya tak hanya akan dirasakan dalam jangka pendek karena KTT ASEAN 2023 saja, tapi di jangka panjang akan meningkatkan ekosistem wisata di Labuan Bajo,” kata Arsjad
Pokok pembangunan berkelanjutan menjadi salah satu yang akan disoroti di Labuan Bajo. Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi, mengatakan bahwa melalui KTT ASEAN 2023 di Labuan Bajo sudah ada beberapa hal yang nantinya akan disepakati, salah satunya mengenai ekosistem industri dan perdagangan kendaraan listrik (EV) di ASEAN.
Kesepakatan tersebut diproyeksikan dapat berkontribusi untuk upaya dekarbonisasi di ASEAN, di mana saat ini kawanan tersebut menyumbang 8% emisi karbon dunia.
“Kesepakatan ekosistem kendaraan listrik di ASEAN akan sangat mendorong pertumbuhan ekonomi ASEAN dan juga mendorong komitmen net zero yang dapat menarik investasi dalam hilirisasi ekosistem industri EV,” kata Arsjad.
Selain itu, menurut Arsjad Rasjid, kesepakatan Ini menawarkan peluang bisnis baru bagi sektor swasta dalam ekonomi hijau. Ini menjadi peneguhan komitmen ASEAN terhadap Perjanjian Paris demi tujuan net nol karbon. Arsjad menambahkan bahwa Indonesia secara khusus memiliki peluang untuk menjadi negara yang memimpin ekosistem industri dan perdagangan kendaraan listrik di ASEAN, dengan cadangan sumber daya nikel yang mencapai sepertiga dari cadangan dunia.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News