1
1

Kupas Tuntas Sejarah hingga Cara Kerja Bitcoin

Ilustrasi aset kripto. | Foto: Kaspersky

Media Asuransi, JAKARTA – Bitcoin merupakan salah satu instrumen investasi yang memiliki potensi untuk meraup keuntungan maksimal. Bitcoin menjadi cryptocurrency paling populer dibandingkan dengan 5 ribu lebih lainnya cryptocurrency yang ada saat ini.

Sederhananya, Bitcoin adalah sebuah aset digital yang hanya tersedia di dunia digital. Tidak seperti jaringan pembayaran elektronik pada umumnya, Bitcoin tidak melalui pihak ketiga atau tanpa perantara untuk melakukan transaksi, seperti pemerintah atau bank sentral. Aktivitas transaksi Bitcoin juga akan menggunakan sebuah teknologi yang disebut blockchain.

Untuk mempelajari lebih dalam mengenai Bitcoin, mari simak sejarah hingga cara kerja Bitcoin yang telah Media Asuransi rangkum dari berbagai sumber, Minggu, 21 Juli 2024.

Sejarah

Bitcoin merupakan cryptocurrency atau aset kripto pertama di dunia yang dikembangkan pada 2008 di tengah resesi global oleh anonim dengan nama samaran Satoshi Nakamoto, sampai saat ini tidak ada yang tahu identitas aslinya atau apakah itu satu orang atau sekelompok orang.

|Baca juga: OJK: Pemberlakuan Program Asuransi Wajib Kendaraan Masih Menunggu PP

Bitcoin kemudian dibuat sebagai open-source code, yang berarti secara efektif siapapun dapat menggunakannya. Hingga saat ini, diperkirakan ada 11. ribu lebih aset kripto beredar di pasar kripto saat ini.

Cara kerja

Bitcoin atau BTC bekerja dengan menggunakan teknologi yang disebut blockchain. blockchain adalah sebuah sistem pencatatan transaksi di banyak database yang tersebar luas di banyak komputer (disebut node) yang memiliki jaringan blockchain.

Semua informasi transaksi ada di dalam sebuah blok yang dihubungkan di setiap transaksi di blockchain dan informasi transaksi itu dilindungi oleh enkripsi algoritma menggunakan fungsi dari kriptografi yang disebut hash.

Catatan transaksi-transaksi ini dimuat dalam blok-blok yang saling tersambung. Jika satu blok sudah penuh maka akan diciptakan blok berikutnya yang terkoneksi dengan blok sebelumnya.

|Baca juga: Agen Asuransi Wajib Tahu, Ternyata Ini 4 Keuntungan Jadi Anggota MDRT!

Blockchain tidak menggunakan pihak ketiga untuk melaksanakan transaksi. Catatan transaksi yang sudah terjadi akan disimpan oleh banyak komputer yang tersebar di jaringan itu sendiri. Jadi akan lebih susah untuk meretas sistem ratusan atau ribuan komputer, dan kemungkinannya kecil untuk semua komputer itu mengalami gangguan di waktu yang sama.

Ilustrasi transaksi

Mungkin kamu sudah mendengar pengertian apa itu Bitcoin, namun masih kesulitan membayangkan alur transaksinya. Untuk mempermudah, bayangkan kamu pergi ke sebuah kafe untuk membeli kopi favoritmu dengan menggunakan Bitcoin sebagai alat pembayaranya.

Pada saat pembayaran, Bitcoin kamu akan ditransfer dari alamat Bitcoin kamu atau dari crypto wallet ke alamat Bitcoin cafe secara peer-to-peer. Dan transaksi ini akan dicatat di seluruh komputer yang tersebar di jaringan Bitcoin.

Proof of Work (PoW)

Desentralisasi adalah bagian penting dari visi awal untuk cryptocurrency. Untuk mencapai itu, perlu ada cara untuk mengkonfirmasi transaksi tanpa melibatkan lembaga keuangan. Solusi pertama untuk masalah itu disebut proof of work.

Proof-of-work adalah mekanisme konsensus yang digunakan untuk mengkonfirmasi dan mencatat transaksi di cryptocurrency di mana adanya penambahan blok transaksi baru ke blockchain.

|Baca juga: Eksekutif Asuransi Harap DAI Periode 2024-2027 Bawa Angin Segar bagi Industri

Setiap aset kripto memiliki blockchain, yang merupakan buku besar publik yang terdiri dari blok-blok transaksi. Dengan cryptocurrency proof-of-work, setiap blok transaksi memiliki hash tertentu. Agar blok dapat dikonfirmasi, penambang kripto harus menghasilkan hash target yang kurang dari atau sama dengan blok tersebut.

Cara menyimpan

Bitcoin dapat disimpan di dompet digital atau dompet fisik yang biasanya berupa usb (cold wallet). Dompet digital dapat berbasis perangkat keras atau berbasis web. Tapi seberapa amankah dompet digital ini? Jawabannya tergantung pada bagaimana Anda mengamankan private key atau password dompet Anda.

Setiap dompet berisi satu set kunci pribadi untuk masuk ke dompet tersebut. Bahaya yang terbesar dalam keamanan dompet digital adalah pengguna individu mungkin kehilangan atau lupa private key atau bahkan dicuri orang. Tanpa private key, pengguna tidak akan pernah bisa masuk ke dompet digitalnya lagi.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Serangan Kian Marak, Berikut Metode Phishing Hibrid yang Patut Diwaspadai
Next Post Mengenal Apa Itu Fraud dalam Laporan Keuangan dan Mencegahnya

Member Login

or