1
1

Kurs Rupiah Sore Melemah ke Rp15.415/US$

Ilustrasi. | Foto: Media Asuransi

Media Asuransi, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan sore berakhir melemah ketimbang penutupan sebelumnya di posisi Rp15.413 per US$. Sejauh ini belum ada sentimen positif yang membuat mata uang Garuda terus menguat.

Mengutip Investing, Rabu, 27 Desember 2023, nilai tukar rupiah pada perdagangan sore tertekan ke posisi Rp15.415, melemah 2,2 poin atau setara 0,01 persen. Hari ini, nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp15.374 hingga Rp15.444 per US$. Sedangkan menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di level Rp15.335 per US$.

Indeks dolar Amerika Serikat

Sementara itu, indeks dolar Amerika Serikat tertekan pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu pagi WIB). Investor menunggu petunjuk baru kapan Federal Reserve kemungkinan mulai memangkas suku bunga karena inflasi turun mendekati target tahunan bank sentral AS sebesar dua persen.

|Baca: IHSG Sore Menguat, 263 Saham Dapat Rapor Hijau

Indeks dolar AS terakhir turun 0,04 persen hari ini di 101,59. Harga telah jatuh dari level tertinggi dalam 20 tahun di 114,78 pada 28 September 2022. Kemudian berada di jalur penurunan tahunan sekitar 1,84 persen.

Namun, pergerakan mata uang tertahan sehari setelah Natal, karena pasar di Inggris, Australia, Selandia Baru, dan Hong Kong masih libur untuk libur umum. Banyak para pedagang AS juga yang libur hingga Tahun Baru.

Greenback berada di jalur yang tepat untuk mencatat kinerja terburuknya sejak 2020 terhadap sejumlah mata uang. Hal itu karena antisipasi penurunan suku bunga The Fed mengurangi daya tarik mata uang AS dibandingkan dengan mata uang sejenisnya.

|Baca: 2023, Badai PHK Melanda Industri Asuransi di AS

Banyak analis memperkirakan perekonomian AS akan melambat secara signifikan pada 2024. Namun Federal Reserve juga diperkirakan bertindak untuk memastikan bahwa kesenjangan antara suku bunga The Fed dan realisasi inflasi tidak melebar terlalu jauh.

Jika inflasi turun jauh lebih cepat dibandingkan dengan suku bunga acuan The Fed maka hal ini dapat memperketat kondisi moneter lebih dari yang diharapkan oleh para pengambil kebijakan The Fed dan meningkatkan risiko terjadinya hard economic landing.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post IHSG Sore Menguat, 263 Saham Dapat Rapor Hijau
Next Post KPPU Terus Selidiki Dugaan Kartel Bunga di Pinjol

Member Login

or