BNI Syariah mencatatkan laba bersih sebesar Rp461,96 miliar sampai kuartal ketiga 2019, naik 50,66 persen secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp306,61 miliar. Seiring dengan kenaikan laba, BNI Syariah juga mencatat kenaikan aset sebesar 12,76 persen yoy, dari Rp38,95 triliun di kuartal ketiga 2018 menjadi Rp43,92 triliun di periode yang sama tahun ini.
Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo mengatakan bahwa kenaikan laba ini didorong oleh pertumbuhan pembiayaan yang berkualitas, efisiensi operasional, ekspansi dana murah yang ditunjukkan oleh rasio CASA yang meningkat, serta NPF yang terjaga, sehingga menghasilkan profitabilitas yang optimal. Selain itu, minat nasabah terhadap produk dengan akad wadiah semakin tinggi, sehingga beban bagi hasil menurun. “Alhamdullilah, secara umum kinerja BNI Syariah terus tumbuh secara konsisten di atas rata-rata industri,” kata Abdullah dalam keterangan resmi, 25 Oktober 2019.
Dari sisi bisnis, BNI Syariah telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp31,81 triliun, naik 18,34 persen yoy dari periode sama tahun 2018 sebesar Rp 26,88 triliun. Komposisi pembiayaan terbesar disumbang oleh segmen konsumer sebesar Rp15,08 triliun atau 47,4 persen dari total pembiayaan. Kemudian segmen komersial sebesar Rp8,54 triliun (26,8 persen dari total pembiayaan), segmen kecil dan menengah sebesar Rp6,22 triliun (19,6 persen dari total pembiayaan), segmen mikro sebesar Rp1,61 triliun (5,1 persen dari total pembiayaan), dan kartu pembiayaan sebesar Rp358 miliar (1,1 persen dari total pembiayaan).
Selain pembiayaan, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) BNI Syariah mencapai Rp37,49 triliun, naik 11,79 persen yoy dari periode sama tahun 2018 yang tercatat sebesar Rp33,53 triliun dengan jumlah rekening sebanyak 3,33 juta. Komposisi DPK ini didominasi oleh dana murah (giro dan tabungan) yang mencapai 61,95 persen. Rasio dana murah ini didapat dari kerja sama dengan institusi, perguruan tinggi, sekolah dan komunitas, salah satunya melalui program Masjidku Hasanahku, yaitu pelatihan optimalisasi manajemen keuangan masjid di 16 kota yang telah diikuti lebih dari 2.000 masjid sejak awal tahun 2019.
Dari sisi rasio efisiensi, sampai kuartal ketiga 2019, BNI Syariah mencatat biaya operasional dibanding pendapatan operasional (BOPO) sebesar 80,67 persen, membaik dibanding periode sama 2018 sebesar 85,49 persen. Rasio efisiensi yang membaik ini diperoleh melalui adanya sinergi BNI Syariah dengan BNI Induk dalam hal layanan, operasional perbankan, dan optimalisasi marketing communication. Sementara itu ROE (return on equity) perseroan juga mengalami kenaikan, dari 10,47 persen menjadi 14,02 persen.
Sampai kuartal ketiga 2019, BNI syariah mencatat rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) sebesar 3,05 persen, membaik dibandingkan periode sama tahun 2018 sebesar 3,08 persen. “Membaiknya rasio NPF ini dicapai dengan pembiayaan ke sektor yang memiliki risiko rendah dengan terus memonitor kualitas pembiayaan secara konsisten, sehingga menghasilkan yield yang optimal,” jelas Abdullah Firman Wibowo. Edi
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News