Media Asuransi, GLOBAL – WTW menyatakan lembaga keuangan harus menganggap optimasi asuransi sebagai prioritas strategis selama proses merger dan akuisisi (M&A). Hal ini karena transaksi tersebut dapat membawa peluang pertumbuhan namun juga menciptakan risiko operasional dan regulasi yang kompleks.
Melansir Insurance Asia, Selasa, 21 Oktober 2025, WTW mencatat, transaksi M&A sering kali mengubah profil risiko perusahaan dan dapat menyebabkan masalah integrasi, konflik budaya, serta tantangan kepatuhan. Jika tidak dikelola dengan baik, risiko-risiko ini dapat memicu klaim dari klien, karyawan, dan pemegang saham.
|Baca juga: Victoria Insurance (VINS) Suntik Modal Rp19,57 Miliar Demi Perkuat Ekuitas
|Baca juga: Pengunjung CMSE 2025 Cetak Rekor, Bos BEI: Bukti Masyarakat Berminat Kenal Lebih Dekat Pasar Modal
Selain itu, WTW melaporkan, 47 persen klaim berasal dari pemegang saham dan investor perusahaan yang diasuransikan, dengan 39 persen klaim terkait pemegang saham dan tata kelola yang terkait dengan M&A. Selanjutnya rata-rata klaim mencapai US$28 juta per klaim dan US$16 juta dalam pemulihan.
|Baca juga: BEI Fokus Perkuat Pendalaman Pasar untuk Naikkan Nilai Transaksi Harian
|Baca juga: Transaksi Saham Kimia Farma (KAEF) Alami Volatilitas, Manajemen Buka Suara!
WTW menyarankan lembaga keuangan untuk menyelaraskan cakupan asuransi dengan tujuan usai merger, mengkonsolidasikan polis untuk mengurangi biaya, dan mengambil pendekatan portofolio dalam mengelola eksposur. Dengan demikian, perusahaan dapat memperkuat ketahanan, meningkatkan efisiensi biaya, dan mendukung pertumbuhan jangka panjang.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News