Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings telah menaikkan Peringkat Jangka Panjang Issuer Default Rating (IDR) milik pengembang PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) menjadi ‘CCC-‘, dari ‘CC’, menyusul pelunasan uang kertas dolar AS pada 2 Juni 2024.
“Kenaikan peringkat mencerminkan pandangan Fitch mengenai berkurangnya likuiditas dan tekanan pembiayaan kembali dalam 12-18 bulan ke depan. Profil jatuh tempo utang APLN telah diperpanjang melalui refinancing surat utang dolar AS dengan pinjaman bank terjamin yang akan jatuh tempo pada Januari 2027,” tulis Fitch dalam keterangan resmi dikutip, Kamis, 13 Juni 2024.
|Baca juga: Agung Podomoro (APLN) Cetak Laba Bersih Rp346,2 Miliar pada Kuartal I/2024
Namun demikian, jelas Fitch, lemahnya likuiditas APLN diperburuk oleh perkiraan Fitch mengenai arus kas bebas (FCF) yang negatif. APLN dapat memilih untuk menambah hutang atau menjual aset untuk mendanai amortisasi.
APLN telah melunasi obligasi senilai US$132 juta yang jatuh tempo pada 2 Juni 2024 dengan pinjaman bank yang jatuh tempo pada Januari 2027, sehingga mengurangi tekanan pembiayaan kembali dalam waktu dekat.
“Namun, kami memperkirakan persyaratan pembayaran utang akan meningkat karena biaya pinjaman bank, sebesar 10,25%, jauh lebih tinggi dibandingkan kupon obligasi sebesar 5,95%. Meski demikian, APLN tidak lagi terkena biaya lindung nilai dan risiko nilai tukar mata uang asing.”
Pra-penjualan yang Tetap: Kami memperkirakan pra-penjualan bersih konsolidasi pada tahun 2024 akan tetap datar (2023: Rp1,2 triliun), karena risiko lebih lanjut dari pembatalan pra-penjualan atau penundaan peluncuran proyek baru. Pra-penjualan pada 1Q24 meningkat sekitar 95% yoy pada penjualan satu kali, yang menyumbang sekitar 25% dari penjualan pemasaran. Tidak termasuk penjualan satu kali, pra-penjualan pada 1Q24 berjumlah sekitar Rp355 miliar, meningkat 46% yoy dari harga dasar yang rendah.
|Baca juga: Agung Podomoro Gandeng BRI dan BTN untuk Program KPR/KPA
“Kami memperkirakan FCF akan menjadi negatif pada tahun 2024 sebesar Rp380 miliar (2023: Rp849 miliar) karena penjualan yang datar dan beban bunga yang lebih tinggi. APLN akan memerlukan pembiayaan eksternal atau penjualan aset untuk menutupi kebutuhan amortisasi sekitar Rp500 miliar hingga Rp700 miliar per tahun mulai tahun 2024, dan modal kerja.”
Perusahaan masih memiliki utang yang jatuh tempo dalam jumlah besar sebesar Rp2,95 triliun yang akan jatuh tempo pada bulan Januari 2027 bahkan setelah profil jatuh tempo utangnya diperpanjang.
Likuiditas perusahaan induk (holdco) APLN akan tetap berada di bawah tekanan meskipun telah dilakukan refinancing. Holdco kemungkinan besar harus bergantung pada dividen yang lebih tinggi dari anak perusahaan yang menjalankan proyek propertinya untuk memenuhi pembayaran bunga, bahkan ketika arus kas di anak perusahaan tersebut semakin ketat akibat lemahnya pra-penjualan.
Editor: Achmad Aris
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News