1
1

Market Share Perbankan Syariah 6,65 Persen

Nasabah sedang berkonsultasi keuangan di perbankan syariah. | Foto: doc

Media Asuransi, JAKARTA – Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa market share aset perbankan syariah telah mencapai 6,65 persen per Februari 2022.Nilai asset perbankan syariah per Februari 2022 tercatat sebesar Rp681,95 triliun, sedangkan nilai aset perbankan nasional tercatat sebesar Rp10.249 triliun.

Di sisi lain, dana pihak ketiga (DPK) perbankan syariah mencapai Rp543,11 triliun, atau setara market share 7,23 persen perbankan nasional yang nilainya Rp7.515 triliun. Sedangkan pembiayaan yang disalurkan (PYD) bank-bank syariah per Februari 2022, tercatat sebesar Rp423,46 triliun atau setara market share 7,18 persen dari pembiayaan perbankan nasional dengan nilai Rp5.849 triliun.

“Angka-angkanya menunjukkan masih begitu,” kata Kepala Departemen Pengawas Bank Syariah OJK, Jasmi, dalam diskusi secara daring dengan wartawan, Jumat, 22 April 2022. Dia tambahkan, meski telah terlepas dari jebakan market share lima persen, namun tidak mudah untuk mencapai market share 10 persen atau bahkan 20 persen.

|Baca juga: Akad Murabahah dan Akad Lainnya dalam Transaksi Perbankan Syariah

“Kita harus rasional. Meski aset di perbankan konvensional tidak bertumbuh, tetap Rp10.297 triliun dan andai sekalipun bank syariah tumbuh 100 persen, itu juga belum tentu terkejar pangsa lebih besar. Rasionalitas itu perlu kita bangun juga,” kata Jasmi.

Menurutnya, OJK lebih fokus pada pertumbuhan positif yang berkualitas sehingga peran dan kontribusi perbankan syariah bisa lebih signifikan. OJK konsisten menjaga industri dengan baik agar kualitasnya semakin positif pada kesejahteraan masyarakat.

Jasmi menyatakan bahwa, bank syariah juga terus menunjukkan performa yang baik dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional. “Dalam konteks likuiditas, pengelolaan risiko, permodalan, efisiensi, dan lainnya itu sangat oke dan punya ruang luas untuk dukung pemulihan ekonomi, tinggal tunggu demand masyarakat saja,” tuturnya.

Perbankan syariah dinilai sangat siap untuk mendorong pemulihan ekonomi meski di tengah kondisi menantang karena tekanan inflasi dan ketidakstabilan ekonomi global. Likuiditas untuk penyaluran pembiayaan juga masih longgar untuk bisa dimanfaatkan oleh industri.

Per Februari 2022, rasio alat likuid per DPK tercatat 34,10 persen, naik 5,23 persen secara tahunan (year on year/yoy). Sementara rasio financing to deposit ratio (FDR) sebesar 77,34 persen dan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 22,41 persen.

Rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) pun terus membaik dengan nilai 2,64 persen (gross) dan 0,99 persen (nett). Secara umum, Jasmi mengatakan industri perbankan syariah menunjukan performa yang terus positif dalam lima tahun terakhir, termasuk di masa penuh tantangan pandemi Covid-19. 

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Jelang Mudik Lebaran, Uang Beredar di Masyarakat Capai Rp7.810 Triliun
Next Post Tugure Peduli Berbagi di Bulan Suci Ramadhan 1443 H

Member Login

or