1
1

Menakar Dampak Ekalasi Perang dan Inflasi Global bagi Pasar Reksa Dana

Costumer Service sedang menjelaskan produk reksa dana. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Perkembangan perang Rusia-Ukraina yang belum menemui titik terang dan kenaikan inflasi global diperkirakan akan menjadi momentum baik bagi pasar reksa dana saham.

Melalui Weekly Mutual Funds Update, Tim Riset Infovesta Utama memaparkan bahwa konflik Rusia–Ukraina belum juga menemui titik terang, bahkan semakin memanas. Pertemuan diplomatis terakhir antara Rusia dan Menteri Luar Negeri Ukraina yang dijembatani Turki gagal menemui titik kesepakatan sebab Rusia masih belum berencana untuk keluar dari Ukraina. 

“Belum lagi, Executive Order yang baru saja ditandatangani Presiden AS untuk melarang impor LNG, minyak dan batu bara dari Rusia sebagai sanksi untuk memaksa Rusia menghentikan agresi militernya, semakin memperkeruh keadaan.”

Tak hanya AS, aliansi negara barat lainnya seperti Inggris sedang meninjau rencananya untuk menghentikan impor gas dari Rusia. Dengan ketergantungan impor minyak dan gas dari Rusia sebagai salah satu penghasil terbesar dunia, artinya akan ada gap terhadap pasokan yang perlu diisi. Upaya pemboikotan minyak dan gas Rusia berpotensi memperparah gangguan pasokan, sehingga semakin mengerek harga komoditas yang tentunya dapat mengangkat tingkat inflasi. 

|Baca juga: Ini Dia Top 5 Reksa Dana dengan Imbal Hasil Tertinggi YOY 11 Maret 2022

Rilis statistik inflasi AS per Februari 2022, terakselerasi ke level 7,9% di mana tertinggi sejak 40 tahun terakhir dengan kontributor utama berasal dari energi sebesar 25,6% (yang makin diperparah oleh perang Rusia-Ukraina). 

Selain itu, Bank Sentral Eropa (ECB) baru saja mengumumkan akan mempercepat program pembelian aset (tapering) disinyalir akan dimulai bulan depan dan berakhir pada kuartal III/2022. Pertimbangan tersebut seiring dengan lonjakan inflasi Zona Eropa (5,8%) yang tak terbendungi. Hal tersebut semakin memberikan ketidakpastian terhadap outlook ekonomi global dan menimbulkan kekhawatiran akan kebijakan moneter yang akan ditempuh di tengah perang yang masih terjadi. 

Tak hanya pasar surat utang global yang kehilangan tenaga, pasar surat utang dalam negeri juga mengalami tekanan. Masih belum jelasnya imbas eskalasi perang dan kebijakan The Fed membuat investor hanya bisa menduga-duga dampak yang mungkin terjadi pada pasar SBN. Hal tersebut mendorong yield dari pasar SBN naik ke level di atas 6,8% dalam beberapa pekan terakhir dan menekan kinerja reksa dana pendapatan dengan underlying asset SBN. 

Di sisi lain, pasar saham dinilai lebih menarik yang didorong oleh kenaikan harga komoditas yang menguntungkan Indonesia sebagai salah satu produsen energi terbesar di dunia di tengah risiko kenaikan harga bahan baku. “Hal tersebut tentunya merupakan momentum yang baik bagi reksa dana saham.”

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Ini Dia Top 5 Reksa Dana dengan Imbal Hasil Tertinggi YOY 11 Maret 2022
Next Post Peringkat Utang Waskita Karya (WSKT) Ditegaskan idBBB/idAAA Outlook Negatif

Member Login

or