Media Asuransi, GLOBAL – Dalam sebuah survei terhadap 200 eksekutif organisasi keuangan, Chubb menemukan, lebih dari enam dari 10 (sebanyak 62 persen) eksekutif keuangan di Asia berharap untuk menghasilkan lebih dari 10 persen pendapatan mereka dari asuransi tertanam dalam waktu tiga tahun.
Adapun para eksekutif keuangan mengandalkan asuransi tertanam sebagai penghasil pendapatan dalam tiga tahun ke depan. Optimisme ini bukannya tanpa alasan. Sebab pada 2023, sebanyak 16 persen pendapatan perusahaan asuransi di Asia berasal dari asuransi tertanam.
Salah satu keuntungan yang kini dilihat oleh perusahaan-perusahaan keuangan dalam asuransi tertanam adalah bahwa hal ini mengarah pada lebih banyak interaksi dengan produk-produk baru, sementara pada saat yang sama juga meminimalkan interaksi.
“Perusahaan asuransi sering kali tidak berkomunikasi dengan tertanggung lebih dari sekali atau dua kali dalam setahun,” kata General Manager IBM untuk Industri Jasa Keuangan Global John Duigenan, dikutip dari laman Insurance Asia, Selasa, 20 Februari 2024.
|Baca juga: 3 Faktor Ini Buat Bos OJK Pede Sebut Sektor Jasa Keuangan RI Tetap Positif
“Produk yang tertanam memiliki frekuensi interaksi yang jauh lebih tinggi dan kesempatan untuk melakukan penjualan silang,” imbuhnya.
Hal ini juga mengarah pada retensi yang lebih tinggi. “Semakin banyak produk yang dimiliki pelanggan dengan sebuah perusahaan, semakin kecil kemungkinan mereka akan pergi. Ada efek halo bahkan untuk produk kecil dengan ekonomi impas,” kata Duigenan.
Meskipun telah mendapat banyak perhatian, namun Duigenan percaya potensi asuransi tertanam masih belum dieksploitasi. Dia mencatat walau banyak perusahaan asuransi memperluas buku bisnis mereka dengan produk mikro dan produk yang disematkan, namun mereka tidak sebaik mengubahnya menjadi bisnis yang lebih luas.
|Baca juga: OJK Tegaskan Lembaga Keuangan Syariah Wajib Segera Spin Off
“Ada tiga peluang yang muncul secara signifikan untuk asuransi tertanam yakni menciptakan produk asuransi baru untuk konsumen modern; mengintegrasikan produk asuransi yang ada ke dalam kegiatan sehari-hari; dan menerapkan data dan teknologi dari industri lain untuk mendorong hasil asuransi yang lebih baik,” pungkasnya.
Editor: Angga Bratadharma
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News