Media Asuransi – Mengawali tahun 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Diperkirakan berpotensi menguat di atas psikologis 6.000 setelah ditransaksikan melemah hampir 1% pada perdagangan penutup tahun 2020.
Head of Research Equity Technical Analyst PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk Lanjar Nafi mengatakan, angka statistik 10 tahun terakhir IHSG berpotensi kembali naik di bulan Januari 2021 dengan probability 78% potensi kenaikan rata-rata lebih dari sepersen.
Laju IHSG Akhir Tahun 2020 Berpotensi Diwarnai Profit Taking
Dia menjelaskan, secara teknikal IHSG tepat bertahan di Moving Average 20 hari dengan Indikator Stochastic yang tertekan momentum bearish. Indikator MACD bergerak negatif dengan histogram yang terus melemah mendekati area overvalue. “Sehingga secara teknikal sendiri IHSG berpotensi dibuka mencoba kembali kuat di atas psikologis 6.000 setelah memberikan sinyal kuat di atas MA20 pada perdagangan sebelumnya. Support resistance 5.960-6.050,” katanya melalui riset harian yang dikutip Media Asuransi, Senin 4 Januari 2021.
Menurutnya, saham-saham yang dapat dicermati secara teknikal di antaranya; ADRO, AKRA, ASRI, BBNI, BBTN, BJBR, BMRI, ICBP, INDF, MAPI, MEDC, SMBR, TOWR, dan UNVR.
Pada perdagangan terakhir di tahun 2020, IHSG (-0,95%) turun 57,10 poin ke level 5.979,07 berbeda dengan indeks acuan asia yang mayoritas naik di akhir sesi perdagangan tahun 2020. Secara bulanan IHSG naik 6,53% di bulan Desember 2020 tetapi secara tahunan IHSG turun 5,09% di tahun 2020.
Lanjar menjelaskan, pemulihan ekuitas belum seperti Jepang maupun Tiongkok karena peperangan pada Covid-19 di Indonesia yang belum dimenangkan. IHSG menutup tahun tidak berhasil bertahan di atas psikologis level 6.000 setelah aksi amankan keuntungan membayangi investor menjelang tahun 2021 setelah alami penguatan bulanan di bulan Desember 2020 yang tertinggi dari 2 tahun terakhir sejak tahun 2018.
Sektor Infrastruktur (-2,49%) dan Industri Dasar (-2,02%) menjadi yang terdalam setelah TLKM, TPIA, BRPT dan PGAS menjadi laggard pada pergerakan IHSG. Investor asing tercatat alami aksi beli bersih sebesar Rp76,07 miliar tetapi tercatat alami aksi jual bersih sebesar Rp47,81 triliun sepanjang tahun 2020, sehingga kepemilikan asing di tahun 2020 sebesar 31% secara trading value.
Sementara itu, Ekuitas Asia menutup perdagangan di akhir tahun dengan bervariasi. Jepang ditutup melemah di mana Indeks Nikkei (-0,45%) dan TOPIX (-0,80%) meskipun demikian di bulan Desember 2020 tercatat telah naik 3,82% dan 2,84% sehingga keseluruhan sepanjang tahun 2020 naik 16,01% dan 4,84%. Indeks Hang Seng (+0,31%) dan CSI300 (+1,91%) naik di akhir perdagangan 2020 secara bulanan naik 2,50% dan 2,85% di bulan Desember dan secara tahunan Hang Seng turun 3,40% sedangkan CSI300 naik 27,21%. Keempat indeks acuan di Asia tersebut tercatat naik cukup optimistis mayoritas secara tahunan pada masa pandemi berdasarkan data Bloomberg.
Adapun, Bursa Eropa menutup perdagangan dengan melemah jauh dari rekannya di Asia. Indeks Eurostoxx (-0,53%) turun di akhir sesi perdagangan 2020 dengan catatan penguatan 0,78% pada bulan Desember 2020 dan turun 5,14% sepanjang tahun 2020. Indeks FTSE (-1,45%) turun pada tutup tahun 2020 dengan penguatan 1,19% pada bulan Desember 2020 dan turun 14,34% pada sepanjang tahun 2020. Sepanjang tahun 2020 mayoritas indeks saham di Eropa dan Inggris masih negatif mengimplikasikan peperangan pada pandemi yang belum mereda yang membuat bisnis melambat dan belum sepenuhnya pulih.
Berbeda dengan Eropa, bursa AS meskipun pandemi masih belum mereda tetapi terlihat bisnis di sana lebih cepat pulih akibat agresivitas pemerintah mengguyur triliunan dolar stimulus. Indeks DJIA (+0,65%) menutup tahun dengan naik, secara bulanan pun naik 2,62% di bulan Desember 2020 dan naik 7,25% sepanjang tahun 2020. Indeks S&P500 (+0,64%) menutup tahun juga naik secara bulanan naik 2,56% untuk bulan Desember 2020 dan 16,26% naik sepanjang tahun 2020. Guyuran stimulus dan optimisme investor menyambut presiden baru di AS yang lebih menjanjikan secara pemulihan ekonomi menjadi faktor utama di pemulihan ekuitas tahun 2020. ACA
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News