“Geopolitik settlement-nya seperti apa, kita tidak pernah tahu kapan akan terjadi perundingan antara Rusia dan Eropa, dengan Ukraina. Sehingga ini menimbulkan ketidakpastian yang tidak pernah kita lihat nature-nya bisa diprediksi seperti ekonomi,” katanya dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia 2023, Rabu, 21 Desember 2022.
Menkeu juga mengatakan bahwa, bayang-bayang inflasi tinggi masih akan berlangsung pada tahun depan. Akan tetapi peningkatan inflasi tersebut lebih disebabkan karena adanya lonjakan harga komoditas global, bukan dari sisi permintaan. Kenaikan tersebut disebabkan karena perang Rusia dan Ukraina.
|Baca juga: Pemerintah Tetap Waspada dan Optimistis Hadapi Tantangan 2023
Di sisi lain, sisi permintaan juga akan meningkat sejalan dengan aktivitas masyarakat yang kembali normal. Selain itu, pasar tenaga kerja juga menjadi lebih sulit diprediksi. Hal ini telah tercermin dari pengetatan pasar tenaga kerja di negara maju.
Kondisi ini menyebabkan laju inflasi tetap tinggi, yang kemudian direspons oleh bank sentral di negara maju melalui kebijakan suku bunga yang agresif dan pengetatan likuiditas yang ekstrem.
Kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) misalnya, telah meningkat hingga mencapai 4,25-4,5 persen. Menkeu mengatakan bahwa kenaikan ini merupakan yang paling ekstrem dan cepat dalam jangka pendek.
“Ini tentu akan berakibat pada pelemahan ekonomi. Persoalannya apakah ini pelemahan ekonomi sebentar karena memang ada obat yang sangat drastis atau akan berkepanjangan,” ujar Sri Mulyani.
Selain itu, Menkeu mengatakan bahwa kenaikan kasus baru Covid-19 setelah pelonggaran mobilitas dilakukan saat ini, juga menjadi perhatian dunia dan dikhawatirkan menambah ketidakpastian baru bagi ekonomi global.
“Sebagai ekonomi terbesar kedua, di dalam prosesnya dalam membuka diri dan terkena pandemi, yang mungkin negara lain sudah, di China baru mulai terjadi kenaikan kasus. Situasi ketidakpastian ini yang harus jadi perhatian kita dalam mengidentifikasi risiko terhadap ekonomi kita,” pungkasnya.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News