Media Asuransi, JAKARTA – Indonesia kembali mencatatkan surplus neraca perdagangan pada bulan Desember 2023 dengan nilai yang mencapai US$3,31 miliar. Angka tersebut merupakan tren surplus sejak Mei 2020 atau telah berlangsung selama 44 bulan berturut-turut dan sekaligus mencerminkan ketahanan eksternal yang terjaga di tengah pelambatan perekonomian global. Sepanjang 2023, surplus neraca perdagangan internasional Indonesia secara agregat mencapai US$36,93 miliar dan melanjutkan tren surplus dalam 4 tahun terakhir.
“Kinerja perdagangan juga baik dari segi ekspor positif terus. Bahkan kita positif dengan China. Nah, ini tentunya akibat daripada kebijakan hilirisasi. Dan kita tidak membayangkan bahwa kita pada titik di 2023 bahwa kita bisa positif dengan China. Bahkan kita positif dengan hampir seluruh mitra dagang kita, dengan Eropa, dengan India, dengan Amerika. Sehingga tentu ini merupakan kunci daripada kekuatan perekonomian kita,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam keterangan resmi yang dikutip Kamis, 18 Januari 2024.
Performa impresif neraca perdagangan tidak terlepas dari terjaganya kinerja ekspor Indonesia di tengah perlambatan ekonomi global, fluktuasi harga komoditas, dan gejolak geo-politik yang mewarnai tahun 2023. Kinerja ekspor sepanjang tahun 2023 mencapai US$258,82 miliar, masih lebih tinggi dari nilai impor sebesar US$221,89 miliar. India dan Amerika Serikat menjadi 2 negara penyumbang surplus terbesar untuk tahun 2023 dengan nilai surplus masing-masing sebesar US$14,51 miliar dan US$14,01 miliar.
|Baca juga: Menko Airlangga Ungkap Peran Krusial SNI dalam Mendorong Produk Guna Miliki Daya Saing
Indonesia bahkan berhasil mematahkan konsistensi defisit neraca perdagangan dengan China sejak tahun 2008 dan berhasil mencatatkan surplus sebesar US$2,06 miliar untuk tahun 2023. Ekspor Indonesia ke China untuk tahun 2023 mencapai US$64,94 miliar dengan komoditas utama ekspor yakni besi dan baja, batu bara, kelapa sawit, dan produk nikel. Selama periode Januari–November 2023, ekspor produk nikel Indonesia mampu mencetak rekor tertingginya sebesar US$4,5 miliar seiring gencarnya kebijakan hilirisasi yang dilakukan pemerintah dalam beberapa tahun terakhir.
Salah satu implementasi komitmen pemerintah untuk mendorong kinerja ekspor nasional tersebut yakni melalui upaya diversifikasi produk ekspor agar tidak hanya dalam bentuk komoditas melainkan juga produk manufaktur. Ekspor tidak hanya mengandalkan komoditas primer seperti batu bara, kelapa sawit, besi, baja, namun juga barang-barang manufaktur seperti kendaraan bermotor dan peralatan elektronik.
Menurut Airlangga, hilirisasi menjadi salah satu kunci percepatan sektor industri dan ekspor tersebut, untuk itu pemerintah fokus pada penciptaan nilai tambah pada komoditas sumber daya alam seperti bauksit, timah, dan nikel. Pemerintah telah menyediakan infrastruktur, insentif fiskal, dan lingkungan bisnis industri yang kondusif untuk mendukung industri hilir. Investasi smelter telah memperlihatkan kemampuannya untuk mendorong ekspor dan meningkatkan pendapatan nasional.
|Baca juga: Menko Airlangga: Ekonomi Hijau Jadi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan di RI
Selanjutnya, upaya pemerintah dalam meningkatkan nilai tambah tersebut tidak hanya memacu kinerja ekspor, namun juga menciptakan lapangan pekerjaan, dan menjaga resiliensi perekonomian. Ke depan, pemerintah juga akan melakukan ekspansi pada ekosistem yang lebih luas seperti pembuatan kendaraan listrik dalam negeri terutama pada produksi baterai.
Pemerintah juga telah memberikan akses pasar yang lebih baik bagi produk ekspor Indonesia di pasar internasional. Di awal tahun ini, Indonesia telah mengimplementasikan Mega Free Trade Agreement Regional Comprehensive Economic Partnership (Mega-FTA RCEP) dan saat ini sedang merundingkan Indo-Pacific Economic Framework (IPEF) dan Indonesia–European Union Comprehensive Partnership Agreement (I-EU CEPA) untuk memberikan akses pasar yang lebih baik di Amerika Serikat dan Uni Eropa. Pemerintah juga tengah mengkaji keikutsertaan pada Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CP-TPP) untuk memberikan akses pasar yang lebih baik di kawasan Amerika Latin.
Saat ini, pemerintah juga telah membentuk Satuan Tugas Peningkatan Ekspor Nasional yang akan menajamkan sejumlah strategi peningkatan ekspor baik melalui peningkatan daya saing produk ekspor, diplomasi, promosi perdagangan, dan utilisasi kerja sama internasional, kemudahan perizinan dan fasilitasi perdagangan, peningkatan akses pembiayaan untuk ekspor, serta integrasi ekosistem ekspor nasional untuk produk UMKM.
“Pertumbuhan ekonomi juga akan terus dijaga untuk tetap berkualitas, inklusif, dan berkelanjutan dalam rangka memastikan ketahanan ekonomi jangka menengah-panjang melalui beberapa kebijakan prioritas yang telah dan akan terus didorong,” ujar Menko Airlangga.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News