Media Asuransi, JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dinilai memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap situasi kenaikan suku bunga seiring dengan eksposur kredit yang dimiliki emiten berkode saham BBNI itu.
Melalui Daily Write Up bertajuk Bank Negara Indonesia (BBNI IJ) – A rebound in earnings may continue, but threats emerge, analis Mirae Sekuritas, Handiman Soetoyo, mengatakan bahwa seperti halnya bank-bank lain, BBNI akan diuntungkan dengan pemulihan ekonomi yang didukung oleh pelonggaran pembatasan mobilitas baik di tingkat domestik maupun internasional. Namun, kenaikan suku bunga dan inflasi yang lebih tinggi baik secara domestik maupun global dapat menimbulkan risiko bagi bank.
“Khusus untuk BBNI, menurut kami BNI mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi pada situasi kenaikan suku bunga. Fokus pinjaman BBNI pada segmen korporasi dengan imbal hasil rendah dapat menurunkan imbal hasil kreditnya.”
|Baca juga: MARKET REVIEW Saham Bank Pimpin Penguatan, BBRI dan BBNI Jadi Pilihan
Sebelumnya, BBNI memutuskan untuk membatalkan rencana rights issue karena profitabilitas dan modal yang lebih kuat, yang mengangkat overhang untuk sahamnya.
Di pihak lain, BBNI telah menegaskan kembali niatnya untuk membangun bank digital (Bank Mayora), bersama dengan Grup Mayora dan Sea Ltd.
BBNI membukukan laba bersih Rp3,9 triliun (+66,2% yoy), didorong oleh kenaikan pendapatan non-bunga (+20,2% yoy) dan penurunan beban provisi (-25,2% yoy). Kinerja 1Q22 BBNI sejalan dengan perkiraan Handiman dan konsensus masing-masing di 25,0% dan 25,7% terhadap perkiraan FY22.
“Karena kinerja 1Q22 BBNI sesuai dengan perkiraan kami, kami mempertahankan target harga kami di Rp9.575 tetapi menurunkan rekomendasi kami ke Hold karena reli harga saham baru-baru ini.”
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News