Media Asuransi, GLOBAL – Indeks Nikkei 225 turun tipis 0,08 persen hingga ditutup pada level 36.790 pada hari Kamis, 13 Maret 2025, menghapus kenaikan sebelumnya lebih dari 1 persen karena ketidakpastian perdagangan yang masih ada meredam sentimen investor. Sama dengan indeks saham di negara lain, pergerakan Nikkei sejak akhir tahun sangat dipengaruhi isu perang tarif.
|Baca juga: Indeks Saham Asia Menguat Respon Sikap Lunak AS
Saham-saham perusahaan besar menyeret indeks lebih rendah, termasuk Toyota Motor (-1,5 persen), SoftBank Group (-0,3 persen), dan Fast Retailing (-0,3 persen). Hanya saham Mitsubishi Electric naik 1,3 persen setelah mengumumkan rencana untuk memperluas pertahanan misilnya dan operasi lintas domain sebagai bagian dari pembangunan pertahanan Jepang senilai 43,5 triliun yen.
Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif tambahan, menyusul tindakan pembalasan dari Uni Eropa dan Kanada sebagai tanggapan atas bea masuk baja dan aluminiumnya. Dia juga mengulangi peringatan tentang tarif timbal balik yang akan berlaku bulan depan, menambah kehati-hatian pasar.
Sementara itu, Gubernur Bank of Japan (BoJ) Kazuo Ueda menegaskan kembali rencana untuk mengecilkan neraca besar bank sentral, menandakan peralihan dari kebijakan moneter yang sangat longgar, karena pertumbuhan upah dan konsumsi yang kuat memberikan ruang untuk penyesuaian kebijakan.
BoJ rajin membeli obligasi pemerintah di pasar sekunder sejak era Perdana Menteri Shinzo Abe yang terkenal dengan kebijakan bunga negatif atau di bawah 0 persen untuk mendongkrak daya beli masyarakat yang rendah atau deflasi. Kebijakan yang berlangsung sejak 2016 itu berakhir di Maret tahun lalu saat BoJ menaikkan bunga di 0,1 persen. Kenaikan bung aini berlanjut hingga akhir Januari lalu berada di 0,5 persen.
Pembelian obligasi ini menyebabkan neraca BoJ penuh dengan obligasi pemerintah karena itu BoJ berniat menguranginya dengan melepas ke pasar sekunder.
Editor: Irdiya Setiawan
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News