Media Asuransi, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini diperkirakan berpotensi tertekan karena rilis data inflasi AS yang naik.
Pengamat pasar keuangan dan komoditas, Ariston Tjendra, menjelaskan bahwa nilai tukar rupiah mungkin bisa tertekan terhadap dolar AS karena rilis data inflasi AS yang menunjukkan kenaikan tertinggi sejak 1982.
“Data inflasi konsumen AS bulan Desember dirilis 7% year on year sesuai dengan ekspektasi pasar. Data ini mendukung kebijakan kenaikan suku bunga acuan AS yang mungkin dimulai di bulan Maret,” katanya kepada Media Asuransi, Kamis, 13 Januari 2022.
Sebagai antisipasi, sambungnya, pasar mungkin menarik sebagian portofolio aset berisikonya dan kembali ke aset dollar sehingga dollar bisa menguat dan berpeluang menekan rupiah.
|Baca juga: BI Pertahankan Suku Bunga Acuan Tetap 3,50 Persen
Di sisi lain, keran ekspor batu bara yang kembali dibuka bisa menahan pelemahan rupiah. Ekspor ini menambah dukungan ke surplus neraca perdagangan RI yang bisa meningkatkan suplai dollar AS sehingga nilai tukar rupiah bisa bertahan terhadap dolar AS.
“Peluang pelemahan ke kisaran Rp14.350 per dolar AS, sementara potensi penguatan ke kisaran Rp14.300 per dolar AS.”
Sementara itu pada perdagangan kemarin, nilai tukar rupiah di pasar spot ditransaksikan melemah 0,14% ke level Rp14.323 per dolar AS, sedangkan di JISDOR BI nilai tukar rupiah ditransaksikan melemah 0,02% ke level Rp14.302 per dolar AS.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News