Media Asuransi, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini diperkirakan masih berpotensi melemah karena isu stagflasi.
Pengamat pasar keuangan dan komoditas, Ariston Tjendra, menjelaskan bahwa nilai tukar rupiah masih berpotensi melemah terhadap dolar AS hari ini karena isu stagflasi. “World Bank, dalam laporan riset yang dirilis semalam menyebut bahwa stagflasi karena kenaikan harga akibat Perang di Ukraina bisa memicu krisis keuangan di negara berkembang seperti kejadian tahun 1970,” katanya kepada Media Asuransi, Rabu, 8 Juni 2022.
Selain itu, jelasnya, World bank menyebut bahwa resesi bakal sulit untuk dihindari. Untuk tahun 2022, World Bank memangkas pertumbuhan ekonomi dunia dari 4,1% menjadi 2,9%.
|Baca juga: Sentimen The Fed Kembali Menguat, Rupiah Berpotensi Melemah
“Peringatan dari World Bank ini bisa memberikan sentimen negatif ke nilai tukar emerging market terhadap dolar AS,” jelas Ariston.
Senada dengan World Bank, Menkeu Sri Mulyani juga memberikan peringatan soal potensi krisis keuangan akibat kebijakan pengetatan moneter AS. Indonesia juga bisa terkena getahnya.
Selain itu, isu The Fed yang akan menaikkan kembali suku bunga acuan AS secara agresif juga masih menekan nilai tukar lain terhadap dolar AS. “Potensi pelemahan ke arah Rp14.500, dengan potensi support di Rp14.450.”
Sementara itu pada perdagangan kemarin, nilai tukar rupiah di pasar spot ditransaksikan melemah 0,06% ke level Rp14.454 per dolar AS, sedangkan di JISDOR BI nilai tukar rupiah ditransaksikan melemah 0,01% ke level Rp14.464 per dolar AS.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News