1
1

Obligasi Rp2,9 Triliun Milik Protelindo Diganjar Peringkat AAA

Kantor PT Profesional Telekomunikasi Indonesia . | Foto: Ist

Media Asuransi, JAKARTA – Fitch Ratings Indonesia telah menetapkan Peringkat Nasional Jangka Panjang ‘AAA(idn)’ untuk obligasi PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo, BBB/AAA(idn)/Stabil) senilai sampai Rp2,9 triliun.

Obligasi ini merupakan penerbitan tahap kedua dari program obligasi perusahaan sebesar Rp5 triliun dan seluruh pendapatan dari obligasi ini akan digunakan untuk membiayai kembali hutang perusahaan.

Obligasi tersebut diperingkat sama dengan Peringkat Nasional Jangka Panjang Protelindo karena utang tersebut merupakan kewajiban senior tanpa jaminan dari perusahaan.

|Baca juga: Protelindo Berkolaborasi dengan Subang Smartpolitan Bangun Jaringan Fiber Optik

Peringkat Nasional ‘AAA’ menunjukkan peringkat tertinggi yang diberikan oleh Fitch dalam skala Peringkat Nasional untuk negara tersebut. Peringkat ini diberikan kepada emiten atau obligasi dengan ekspektasi risiko gagal bayar yang paling rendah dibandingkan dengan semua emiten atau obligasi lain di negara atau serikat moneter yang sama.

Dia memperkirakan net debt/EBITDA Protelindo akan membaik ke sekitar 4,1x pada tahun 2023 (estimasi akhir-2022: 4,5x) didukung oleh penghasilan kas yang lebih tinggi dengan pertumbuhan kuat dari bisnis non-menara. Manajemen berkomitmen untuk menurunkan leverage ke target jangka menengah net debt/EBITDA kuartal terakhir disetahunkan (LQA) pada level 2,5x-3,0x (3Q22: 4,3x), dan telah menargetkan pembayaran dividend sekitar Rp1,4 triliun pada tahun 2023. Perusahaan memiliki rekam jejak yang kuat untuk memelihara struktur modal yang konservatif dengan net debt/LQA EBITDA sebesar 1,5x-2,5x pada periode 2015-2021.

Protelindo memimpin industri menara independen Indonesia dengan 29.708 menara dan 55.029 penyewa. Perusahaan memiliki pangsa pasar di industri menara sekitar 28% pada akhir September 2022. Industri menara sekarang sebagian besar terkonsolidasi dengan tiga perusahaan menara terbesar – Protelindo, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBI, BBB-/AA+(idn)/Stabil) – mengontrol sekitar 80% dari pasar.

Pangsa pasar yang tersisa ditempati oleh Edgepoint yang dimiliki oleh DigitalBridge Group Inc, yang memiliki 9.000 menara, dan beberapa perusahaan menara lebih kecil dengan 1.000-3.000 menara, seperti PT Bali Towerindo Sentra Tbk (A-(idn)/Stabil). Industri telekomunikasi juga telah terkonsolidasi setelah merger antara PT Indosat Tbk (BBB-/AA(idn)/Stabil) dan PT Hutchison 3 Indonesia (Hutch), yang telah mengurangi risiko gagal bayar oleh pelanggan untuk perusahaan-perusahaan menara.

“Kami tidak memandang risiko pembaruan kontrak sebagai hal yang signifikan karena hanya 6% dari kontrak perusahaan yang akan jatuh tempo pada tahun 2023 dan 15% pada tahun 2024. Permintaan sewa dari PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (BBB/Stabil) dan PT XL Axiata Tbk (BBB/AAA(idn)/Stabil) dapat mengimbangi sewa yang tidak diperpanjang oleh Indosat sampai tahun 2024.”

Fitch memperkirakan Indosat akan mengakhiri sekitar 10% dari situsnya saat ini untuk mengurangi biaya sewa sebagai bagian dari mergernya dengan Hutch.

Rasio penyewa Protelindo membaik dengan kontribusi pendapatan dari tiga operator telekomunikasi dengan peringkat investment grade sebesar 82% pada akhir-September 2022 (2021: 58%).

|Baca juga: Fitch Afirmasi Peringkat Protelindo BBB/AAA Outlook Stabil

Fitch percaya diversifikasi pendapatan akan terus membaik, dengan pendapatan dari bisnis non-menara meningkat ke 26% pada tahun 2023 (estimasi 2022: 22%). Akuisisi asset fiber sebesar 10.750km dari PT Alita Praya Mitra memperkuat portfolio fiber Protelindo dan akan mendorong pertumbuhan pendapatan dalam jangka menengah. Bisnis fiberisasi menara mempunyai risiko profil bisnis yang mirip dengan bisnis menara, didukung oleh kontrak jangka panjang yang tidak dapat dibatalkan (10-14 tahun), kepemilikan fiber dan operating leverage yang tinggi. Namun, margin EBITDA yang sebesar 70%-75% lebih rendah daripada margin EBITDA bisnis menara yang di atas 85%.

Fitch memperkirakan pendapatan Protelindo akan meningkat ke IDR11,6 triliun pada tahun 2023 dan EBITDA ke IDR9,5 triliun. Visibilitas arus kas tinggi, dengan pendapatan kontrak terkunci sebesar IDR68 triliun dengan rata-rata tertimbang sisa periode kontrak 6,0 tahun pada akhir September 2022.

Pada 9M22, pendapatan dan EBITDA yang dilaporkan masing-masing meningkat lebih dari 30% yoy setelah konsolidasi penuh PT Solusi Tunas Pratam Tbk (STP) dan pertumbuhan bisnis non-menara. Margin EBITDA secara definisi Fitch akan menurun perlahan ke 80%-82% (2021: 83%) karena kontribusi pendapatan yang meningkat dari bisnis non-menara yang mempunyai margin lebih rendah.

Editor: Achmad Aris

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Pergerakan Harga Emas Diperkirakan Bertahan di Level US$1.850
Next Post Agus Martowardojo Jadi Komisaris GoTo Gojek Tokopedia

Member Login

or