Rapat Dewan Komisioner (RDK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akhir Oktober 2018 menilai bahwa stabilitas sektor jasa keuangan masih dalam kondisi terjaga, di tengah ketidakpastian di pasar keuangan global. Berlanjutnya perang dagang antara AS-Tiongkok diproyeksikan akan menurunkan volume perdagangan dan pertumbuhan dunia. Sementara itu, langkah The Fed (Bank Sentral AS/Federal Reserve) menaikkan Federal Fund Rate (FFR) diproyeksikan akan berpengaruh pada pengetatan likuiditas di pasar keuangan global. “Kedua hal tersebut mendorong International Monetary Fund menurunkan estimasi pertumbuhan ekonomi global tahun 2018 dan tahun 2019 dari 3,9 persen menjadi 3,7 persen di bulan Oktober,” kata Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik OJK Anto Prabowo dalam keterangan tertulis, 25 Oktober 2018.
Menurut Anto, dinamika eksternal tersebut turut mempengaruhi kinerja pasar keuangan domestik. Per 19 Oktober 2018, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat pelemahan sebesar 2,3 persen secara mtd (month to date) dengan investor nonresiden mencatatkan net sell sebesar Rp5,3 triliun. Sejalan dengan pasar saham, investor nonresiden di pasar Surat Berharga Negara (SBN) juga mencatat net sell sebesar Rp0,8 triliun mtd. Yield SBN tenor jangka pendek, menengah, dan panjang tercatat kembali meningkat masing-masing sebesar 13 bps, 53 bps, dan 23 bps mtd. Peningkatan yield ini terjadi sejalan dengan pelemahan di pasar keuangan Emerging Markets lainnya.
“Di tengah berlanjutnya volatilitas di pasar keuangan, kinerja intermediasi sektor jasa keuangan pada September 2018 secara umum masih bergerak positif,” tandas Anto Prabowo. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kredit perbankan tumbuh sebesar 12,69 persen yoy dan piutang pembiayaan tumbuh sebesar 6,06 persen yoy. Dari sisi penghimpunan dana, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh sebesar 6,60 persen yoy.
Sementara itu dari industri perasuransian, premi asuransi jiwa per September 2028 tercatat sebesar 141,14 triliun. Sedangkan premi asuransi umum dan reasuransi per September 2018 tercatat sebesar Rp62,74 triliun. Di pasar modal, pada periode Januari sampai dengan 22 Oktober 2018, penghimpunan dana melalui penawaran umum saham, right issue dan surat utang korporasi telah mencapai Rp143 triliun, dengan emiten baru sebanyak 50 perusahaan. Total dana kelolaan investasi tercatat sebesar Rp739,95 triliun, meningkat 7,89 persen dibandingkan akhir tahun 2017.
Anto Prabowo menuturkan bahwa profil risiko lembaga jasa keuangan juga masih terjaga pada level yangmanageable. Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan tercatat sebesar 2,66 persen, sedangkan rasio Non-Performing Financing (NPF) perusahaan pembiayaan berada pada level 3,17 persen. Sementara itu, permodalan lembaga jasa keuangan tercatat pada level yang cukup tinggi. Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan per September 2018 tercatat sebesar 23,33 persen, sedangkan Risk-Based Capital (RBC) industri asuransi umum 315 persen dan asuransi jiwa 430 persen.
OJK memperkirakan, dinamika di pasar keuangan masih akan berlanjut seiring masih tingginya downside risk di lingkup global, antara lain berlanjutnya trade war dan pengetatan likuiditas. “Ke depan, OJK akan terus memantau perkembangan tersebut, sehingga tidak mengganggu stabilitas sistem keuangan dan kinerja sektor jasa keuangan,” kata Anto Prabowo. Edi
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News