Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, dalam dua dekade terakhir pengembangan industri jasa keuangan syariah nasional telah mengalami banyak capaian dan kemajuan dari aspek kelembagaan, infrastruktur penunjang, regulasi dan sistem pengawasan, serta awareness dan literasi masyarakat terhadap layanan jasa keuangan syariah. Guna mendukung pengembangan industri keuangan syariah yang semakin kompleks ke depan, perlu terus dilakukan terobosan yang dapat mendorong pertumbuhan keuangan syariah lebih cepat, stabil, efisien, dan berdaya saing, sehingga dapat berkontribusi optimal dan memiliki peran penting dalam perekonomian nasional.
Hal ini disampaikan Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen saat pembukaan Forum Riset Ekonomi dan Keuangan Syariah (FREKS) 2019 yang diselenggarakan di Yogyakarta, 15 Oktober 2019. FREKS 2019 kali ini mengusung tema “Peningkatan Daya Saing Keuangan Syariah Melalui Inovasi dan Sinergi Menuju Responsible Finance and Investment (RFI) dalam rangka Mendukung Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Nasional”. Tema tersebut mengandung makna dan harapan agar Industri Keuangan Syariah dapat mengimplementasikan RFI sehingga mampu berdaya saing dan bersinergi dalam mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.
“Perkembangan industri jasa keuangan yang cepat dan dinamis, telah membuka peluang inovasi bagi industri keuangan syariah untuk lebih fokus pada nilai-nilai yang terkandung pada konsep RFI tersebut. Salah satu contoh adalah dengan menggali potensi khazanah syariat Islam terkait dana sosial wakaf, zakat dan sedekah, dalam rangka memadukan dengan pengembangan produk dan jasa keuangan syariah,” kata Hoesen. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan dukungan berbagai riset dan ide-ide kreatif dari akademisi ataupun masyarakat pelaku industri mengingat area riset keuangan syariah yang belum disentuh masih sangat luas.
Menurut Hoesen, OJK sangat berkepentingan dan berkomitmen, untuk secara berkelanjutan menyelenggarakan kegiatan forum riset ekonomi dan keuangan syariah ini sebagai media komunikasi para stakeholders dalam pengembangan industri keuangan syariah di Indonesia. Selain itu, kehadiran Master Plan Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI) yang disusun oleh Komite Nasional Keuangan Syariah, diharapkan dapat menjadi pedoman bersama bagi seluruh stakeholders baik di industri keuangan syariah Indonesia maupun industri halal lainnya, dalam menjalankan program yang mendukung pengembangan industri keuangan syariah.
Sebagai implementasi masterplan tersebut, ada tiga hal utama yang perlu dilakukan sebagai arah pengembangan industri keuangan syariah Indonesia yaitu: Pertama, penguatan lembaga keuangan syariah, antara lain melalui peningkatan modal usaha dan SDM, penguatan informasi, variasi produk, pemanfaatan teknologi dalam proses bisnis, serta penerapan tata kelola dan manajemen risiko yang baik. Kedua, menciptakan demand keuangan syariah yang sustainable melalui peningkatan literasi dan inklusi masyarakat terhadap industri keuangan syariah, yang saat ini dirasakan masih kurang. Ketiga, membentuk ekosistem keuangan syariah, melalui sinergi dan kolaborasi diantara pelaku jasa keuangan syariah di berbagai sektor, dengan pelaku industri halal di sektor riil.
Dalam keterangan resmi yang diterima redaksi disebutkan bahwa rangkaian kegiatan FREKS mencakup presentasi dari 22 finalis call for paper yang terbagi menjadi tiga level yaitu peneliti muda, peneliti madya dan peneliti scopus, kegiatan seminar dari prominent speaker; kegiatan seminar terkait ekonomi dan keuangan syariah, dan side event Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI). Adapun 22 finalis call for paper tersebut merupakan hasil seleksi dari total 209 paper yang diterima panitia yang terdiri dari 71 paper untuk sektor perbankan syariah, 74 paper untuk sektor IKNB syariah, 40 paper untuk sektor pasar modal syariah dan 24 paper untuk kategori scopus. Edi
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News