1
1

Optimisme Pemulihan Ekonomi di 2022 Tetap Terjaga

Deretan gedung bertingkat diantara jalan Jenderal Sudirman. | Foto: Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Optimisme pemulihan ekonomi di tahun 2022 tetap terjaga, didukung kinerja APBN di awal tahun yang cukup bagus. Asesmen berbagai lembaga internasional menunjukkan kondisi Indonesia cukup resilient terhadap tekanan global, yang menjadi fundamental yang kuat untuk akselerasi pemulihan. 

Meski begitu, berbagai faktor risiko seperti penyebaran varian Omicron, dinamika kebijakan Amerika Serikat dan China serta perkembangan isu geopolitik akan terus diwaspadai serta dimitigasi. “Ritme dan arah pemulihannya sudah pada arah yang tepat. Tentu kita harus menjaganya. Tantangan ke depan, entah itu dari pandemi, disruption sisi supply, komoditas maupun geopolitik, serta kenaikan inflasi dan suku bunga dunia, harus menjadi perhatian kita pada tahun 2022 ini,” jelas Menkeu Sri Mulyani saat menyampaikan realisasi APBN per Januari 2022. 

Menurutnya, kerja keras APBN terus dilanjutkan agar dapat berperan secara optimal, sehingga arah kebijakan ekonomi dapat tercapai dan tetap sejalan dengan upaya konsolidasi fiskal di  2023.

|Baca juga: Pada Januari 2022, APBN Catatkan Surplus 0,16 Persen PDB

Memasuki tahun 2022, pemulihan ekonomi terjaga. Aktivitas perekonomian pada bulan Januari masih kuat, baik dari sisi produksi maupun konsumsi. Indeks PMI Indonesia tercatat 53,7, meningkat dibanding Desember 2021 (53,5) dan tetap melanjutkan tren ekspansif dalam 5 bulan terakhir. Hal ini sejalan dengan peningkatan permintaan dalam negeri dan ekspor. 

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Januari 2022 tercatat sebesar 119,6 lebih tinggi dari 118,3 pada Desember 2021. Angka ini berada di atas level optimis, dan turut mendorong aktivitas ekonomi. Namun peningkatan konsumsi diperkirakan tertahan di bulan Februari seiring kenaikan kasus varian Omicron dan penurunan mobilitas masyarakat.

Neraca Pembayaran keseluruhan tahun 2021 mencatatkan surplus US$13,5 miliar, lebih tinggi dari 2020 (US$2,6 miliar), sementara neraca perdagangan konsisten surplus 21 bulan berturut-turut meskipun nominalnya lebih rendah. Ekspor dan impor tumbuh positif namun tidak sekuat bulan sebelumnya. Ekspor Januari mencapai US$19,2 miliar (Desember 2021: US$22,4 miliar), antara lain karena larangan ekspor batu bara. Sementara Impor Januari US$18,2 miliar (Desember 2021: US$21,4 miliar) karena penurunan volume impor seiring pola bulanan.

Meski dalam tren menurun, mobilitas rata-rata pada Januari-Februari 2022 masih jauh lebih tinggi dibanding kuartal I/2021. Aktivitas kegiatan ekonomi masyarakat terus menunjukkan peningkatan, terlihat dari konsumsi listrik yang tumbuh positif 1,0 persen (yoy) pada Januari 2022. Konsumsi listrik industri dan bisnis bahkan tumbuh double digit, menunjukkan sinyal kegiatan ekonomi yang terus menggeliat.

Dinamika kebijakan moneter AS cukup memberikan pengaruh di pasar keuangan. Pasca FOMC Meeting di bulan Januari 2022, dampak sinyal The Fed ke pasar domestik beragam. Volatilitas kondisi pasar keuangan ini terus dicermati. 

Di sisi lain, meski yield UST meningkat tajam, yield SBN naik perlahan seiring mulai terjadinya arus masuk ke pasar SBN. Hal ini tak lepas dari likuditas domestik yang cukup baik untuk mendukung resiliensi kinerja pasar SBN.

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Pefindo Tegaskan Peringkat Indonesia Eximbank idAAA  
Next Post Manuver Bisnis MNC Terbangkan Saham MSKY

Member Login

or