1
1

Otoritas di Asia Perlu Kerja Sama untuk Respons Tantangan dari Kemajuan Fintech

   Para pembuat kebijakan (otoritas) di Asia perlu memperkuat kerja sama guna memanfaatkan potensi teknologi keuangan baru bagi pertumbuhan inklusif. Pada saat bersamaan, mereka pun perlu bekerja sama guna memastikan bahwa mereka mampu merespons dengan lebih baik tantangan yang ditimbulkan fintech. Teknologi baru seperti mobile banking, big data, dan jaringan transfer peer-to-peer telah memperluas jangkauan layanan keuangan kepada orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki rekening bank atau tidak terjangkau bank, sehingga meningkatkan pendapatan dan standar hidup. Namun, fintech juga membawa risiko penipuan siber, keamanan data, dan pembobolan privasi. Disintermediasi layanan fintech atau konsentrasi layanan di antara beberapa penyedia juga dapat menimbulkan risiko terhadap stabilitas keuangan.

   Hal tersebut dan persoalan-persoalan lainnya dibicarakan dalam Dialog Kebijakan Tingkat Tinggi Mengenai Kerja Sama Kawasan untuk Mendukung Inovasi, Inklusi, dan Stabilitas di Asia (High-Level Policy Dialogue on Regional Cooperation to Support Innovation, Inclusion, and Stability in Asia), yang diadakan oleh Asian Development Bank (ADB), Bank Indonesia (BI), dan Kantor Riset Makroekonomi ASEAN+3 (ASEAN+3 Macroeconomic Research Office – AMRO) di Nusa Dua Bali, 11 Oktober 2018. Kegiatan ini digelar dalam rangkaian acara International Monetary Fund-World Bank Group Annual Meetings (IMF-WBG AM) Bali 2018, yang dihadiri Media Asuransi.

  Deputi Senior Gubernur BI Mirza Adityaswara memberikan pidato pembukaan konferensi tersebut. “Asia, termasuk Indonesia, merupakan tempat ideal bagi teknologi finansial untuk berkembang,” ujar Mirza Adityaswara. Ditambahkan, Indonesia memiliki lebih dari seperempat juta masyarakat yang tersebar di ribuan pulau, menunggu untuk terintegrasi dengan teknologi baru, struktur demografi muda, dengan semangat untuk memasuki dunia digital masa depan, ada lebih dari 50 juta UMKM yang tak sabar menanti untuk terlibat dalam e-commerce. Selain itu juga masyarakat baru yang didorong oleh kelompok kelas menengah yang dinamis dan demokratis, yang memandang ekonomi digital sebagai sesuatu yang tak terhindarkan, seperti layaknya evolusi.

    Menurut Mirza, Asia mengalami pertumbuhan perekonomian yang tinggi dalam beberapa tahun terakhir, sektor keuangan masih tertinggal di sejumlah negara. Kurang dari 27 persen orang dewasa di kawasan Asia yang sedang berkembang sudah memiliki rekening bank, jauh di bawah median global sebesar 38 persen. Sementara itu, hanya 84 persen dari perusahaan di kawasan ini sudah memiliki rekening giro atau tabungan, setara dengan Afrika tetapi ketinggalan dari Amerika Latin yang mencapai 89 persen dan 92 persen di emerging Europe (kawasan Eropa Tengah dan Timur). “Inklusi keuangan dapat ditingkatkan melalui kebijakan yang mendorong inovasi keuangan, dengan meningkatkan literasi keuangan, serta dengan memperluas dan meningkatkan infrastruktur dan jaringan digital. Peraturan untuk mencegah kegiatan ilegal, meningkatkan keamanan siber, dan melindungi hak dan privasi konsumen, juga akan membangun keyakinan terhadap teknologi keuangan yang baru,” jelas Deputi Gubernur Senior BI ini.

   Direktur AMRO Junhong Chang saat menyampaikan sambutan mengatakan bahwa teknologi adalah pemberdaya yang menghubungkan perekonomian dan sistem keuangan kita, yang tak hanya menyebarkan manfaat, tetapi juga risiko, melintasi batas negara. “Mengingat pesatnya pertumbuhan perekonomian di Asia Timur, para pembuat kebijakan perlu memahami dan mengelola dampak teknologi di dalam sistem keuangan kita demi mempertahankan stabilitas keuangan,” katanya.

   Panelis yang menyampaikan materi dalam dialog ini adalah Deputi Gubernur National Bank of Cambodia Neav Chanthana, Deputi Gubernur Bangko Sentral Pilipinas Diwa Guinigundo, Presiden dan CEO Women’s World Banking Mary Ellen Iskenderian, Direktur Pengelola Monetary Authority of Singapore Ravi Menon, Presiden ADB Takehiko Nakao, Deputi Gubernur Bank Negara Malaysia Abdul Rasheed, dan Gubernur Bank of Thailand Veerathai Santiprabhob. Edi Santosa

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post IMF dan World Bank Luncurkan Bali Fintech Agenda
Next Post Presiden RI: Pengembangan Ekonomi Digital Perlu Kebijakan yang Akomodatif

Member Login

or