1
1

Para Pemimpin Bisnis di Singapura Harus Mampu Hadapi Ancaman di Dunia maya

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL – Beazley mengungkapkan perlunya ada fokus yang signifikan pada ancaman dunia maya di kalangan para pemimpin bisnis Singapura. Pada 2023, sebanyak 25 persen eksekutif mengidentifikasi risiko dunia maya sebagai perhatian utama mereka dengan proyeksi menunjukkan sedikit peningkatan menjadi 26 persen pada 2024.

Beazley merilis laporan terbarunya yang berjudul ‘Singapore Snapshot‘, bagian dari seri penelitian ‘Risk & Resilience‘, yang menyoroti risiko bisnis dan teknologi yang terus berkembang yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan di Singapura dengan operasi internasional.

Area utama kekhawatiran mencakup dampak perubahan iklim, lanskap regulasi baru, dan ancaman yang semakin meningkat akibat risiko dunia maya. Lebih dari satu dari lima atau 21 persen bisnis di Singapura merasa kurang siap untuk mengelola risiko dunia maya ini.

Kekhawatiran ini lebih terasa di bisnis skala kecil, dengan pendapatan antara SG$1 juta dan SG$9,99 juta, di mana 31 persen merasa tidak siap. Oleh karena itu, lebih dari sepertiga atau 37 persen bisnis berencana untuk meningkatkan langkah-langkah keamanan dunia maya mereka.

|Baca: KAI Tanggapi Insiden Kecelakaan Adu Banteng KA Turangga Vs KA Lokal Bandung

Dilansir dari laman Insurance Business Mag, Jumat, 5 Januari 2024, risiko yang terkait dengan karyawan juga semakin mendapat perhatian di era usai pandemi. Bisnis semakin waspada dalam mendukung anggota karyawannya, menangani masalah kesehatan mental, dan memastikan lingkungan kerja yang aman.

Pada 2023, sebanyak 23 persen eksekutif menempatkan risiko karyawan sebagai kekhawatiran utama mereka, mengalami kenaikan tiga persen dari tahun sebelumnya. Namun, 26 persen eksekutif Singapura merasa tidak siap untuk mengelola risiko-risiko karyawan ini secara efektif.

Peraturan lingkungan, sosial, dan tata kelola

Terkait dengan peraturan lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), 19 persen ruang rapat di Singapura menempatkan risiko ESG sebagai kekhawatiran utama mereka. Angka ini diperkirakan naik menjadi 20 persen pada 2024, menekankan tantangan dalam menyesuaikan diri dengan regulasi ESG baru.

Beazley juga mencatat bisnis-bisnis di Singapura tampaknya lebih percaya diri dalam menghadapi risiko-risiko ESG dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di tingkat global. Sebanyak 76 persen eksekutif Singapura merasa siap menghadapi risiko-risiko ESG, berbeda dengan 75 persen di Inggris, 69 persen di AS, dan 68 persen di Kanada.

|Baca: LPS Siap Bayar Klaim Penjaminan Simpanan Nasabah BPR Wijaya Kusuma Madiun

Perusahaan di wilayah APAC sedang menghadapi berbagai lanskap ancaman. Secara khusus, eksekutif yang berbasis di Singapura menghadapi sejumlah tantangan, seperti regulasi ESG baru, keragaman tenaga kerja yang berasal dari status Singapura sebagai pusat regional, dan rentan terhadap serangan dunia maya yang semakin meningkat.

“Data kami menunjukkan bahwa kesiapan menghadapi tantangan-tantangan baru ini semakin sulit,” kata Kepala Beazley APAC Lucien Mounier.

Mounier mencatat sikap proaktif ruang rapat di Singapura, dengan 37 persen mempertimbangkan untuk menjelajahi opsi asuransi yang mencakup manajemen risiko dan krisis. Dia menekankan peran penting industri asuransi pada 2024 dalam mendukung pertumbuhan bisnis dan perlindungan aset.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post LPS Siap Bayar Klaim Penjaminan Simpanan Nasabah BPR Wijaya Kusuma Madiun
Next Post Berhasil Tekan Beban, Sinar Mas Multiartha (SMMA) Cetak Laba Bersih Rp1,44 Triliun

Member Login

or