1
1

Pasar Menunggu BI Naikkan Suku Bunga Acuan

Kantor pusat Bank Indonesia. | Foto: Arief Wahyudi

Media Asuransi, JAKARTA – Saat ini pasar masih menunggu respons Bank Indonesia (BI) atas kebijakan kenaikan suku bunga The Fed yang agresif. Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia juga dapat menjadi katalis positif bagi pasar.

Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Katarina Setiawan, mengatakan bahwa sejauh ini rupiah menunjukkan resistensi yang kuat, dalam arti pelemahannya (-5,1 persen year to date/ytd 26 Juli 2022) tidak setajam mata uang lain seperti Yuan China (-6,4 persen), Ringgit Malaysia (-7,0 persen), Euro (-11,0 persen), Yen Jepang (-19,0 persen), dan lain sebagainya.

“Namun, di tengah agresivitas The Fed, respons BI yakni berupa kenaikan suku bunga acuan tetap dibutuhkan untuk menjaga daya saing aset finansial Indonesia. Normalisasi suku bunga BI diperkirakan tidak akan terlalu agresif sebagai upaya untuk menjaga pemulihan ekonomi di tengah inflasi yang relatif terkendali,” ujarnya. Indonesia Market Outlook 2H-2022: Approaching the Tipping Points, secara daring, Selasa, 9 Agustus 2022.

|Baca juga: Siklus Pengetatan Suku Bunga Global Sudah Dekati Puncaknya

Meskipun inflasi umum meningkat, menurut Katarina, upaya pemerintah untuk menjaga beberapa harga barang (price control) membuat inflasi inti tetap terjaga. Sehingga, tekanan inflasi belum berdampak luas. Keputusan pemerintah untuk mempertahankan harga BBM bersubsidi dapat membuat inflasi inti tahun 2022 tetap terjaga di kisaran rentang target BI, yakni 2 persen hingga 4 persen.

Lebih lanjut dia ungkapkan, perubahan struktural turut menyokong transaksi perdagangan. Sejauh ini, neraca perdagangan masih relatif kuat. Namun, tidak tertutup kemungkinan ke depannya akan sedikit terkoreksi akibat normalisasi harga komoditas, potensi penurunan permintaan eksternal, dan potensi peningkatan impor sejalan dengan pemulihan ekonomi domestik. Sebagai net importir minyak dan net ekportir komoditas, maka pergerakan harga minyak relatif terhadap pergerakan harga komoditas utama ekspor dapat mempengaruhi perkembangan neraca perdagangan ke depannya.

Sementara itu, Senior Portfolio Manager, Equity MAMI, Samuel Kesuma, mengatakan bahwa kondisi makro yang suportif mendukung pasar saham. “Dipengaruhi kekhawatiran perlambatan ekonomi global akibat pengetatan moneter yang agresif, investor asing membukukan aksi jual yang cukup menyeluruh di kawasan Asia, termasuk Indonesia. Namun kondisi makro Indonesia yang lebih solid disertai dengan pertumbuhan earnings perusahaan yang diperkirakan tumbuh pada laju yang sehat, diharapkan dapat mendorong pergerakan pasar saham, terutama ketika sentimen global sudah lebih membaik,” ujarnya.

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Siklus Pengetatan Suku Bunga Global Sudah Dekati Puncaknya
Next Post Indonesia Masih Dalam Siklus Pemulihan Ekonomi

Member Login

or