Media Asuransi, GLOBAL – Perusahaan reasuransi global yang berbasis di Hong Kong, Peak Re, mencatat kerugian bersih sebesar US$79,8 juta untuk tahun 2022. Di samping itu, perusahaan tersebut mampu meningkatkan premi bruto dari US$2,14 miliar menjadi US$2,29 miliar.
Hasil tersebut diungkapkan sebagai bagian dari laporan tahunan pemegang saham utama Peak Re, Fosun, yang menyebutkan bahwa meningkatnya kerugian akibat bencana merupakan salah satu faktor utama dalam kinerja reasuransi tersebut, termasuk dari Badai Ian.
Fosun juga mencatat bahwa kenaikan tajam dalam suku bunga global sepanjang tahun ini tak pelak mengakibatkan kerugian yang belum direalisasi untuk portofolio pendapatan tetap perusahaan.
“Namun, diharapkan juga bahwa suku bunga yang lebih tinggi akan menguntungkan hasil investasi untuk Peak Re di masa mendatang,” ujar pihak Fosun, dikutip dari Reinsurance News.
|Baca juga: Peak Re Targetkan Perluas Cakupan Hingga Pasar Siber Global
Tingginya tingkat kerugian bencana besar tahun lalu, dikombinasikan dengan peningkatan frekuensi dan tingkat keparahan kerugian bencana sekunder, mengakibatkan klaim bencana alam yang lebih besar tahun lalu, tetapi juga permintaan yang lebih besar untuk pertanggungan reasuransi.
Namun pada saat yang sama, kerugian tersebut membatasi pasokan kapasitas reasuransi yang tersedia, kata laporan tersebut. Tren ini semakin diperburuk oleh pengetatan kondisi moneter selama tahun lalu.
“Manajemen risiko yang ketat dan investasi yang hati-hati telah membantu Peak Reasuransi menghadapi pasar keuangan yang bergejolak selama Periode Pelaporan dalam kondisi yang relatif baik,” Fosun menyimpulkan.
Pada akhir periode pelaporan 2022, Peak Reasuransi mencatatkan aset yang dapat diinvestasikan dan aset bersih masing-masing sebesar US$2,95 miliar dan US$1,2 miliar.
Perusahaan ini juga tetap mendapat peringkat A- dari AM Best, dengan mempertimbangkan kekuatan neraca keuangan, portofolio produk yang terdiversifikasi dan bauran geografis, serta kapitalisasi yang solid dibandingkan dengan risiko yang ditanggung.
Fosun International, sebuah perusahaan konglomerat multinasional Cina, dilaporkan sedang mempertimbangkan potensi penjualan 86,9% sahamnya di Peak Re akhir tahun lalu setelah penurunan peringkat kredit oleh Moody’s terhadap Fosun, karena perusahaan ini terus berjuang dengan utang yang tinggi.
Editor: S. Edi Santosa
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News