Media Asuransi, JAKARTA – Pemerintah menyatakan pemulihan ekonomi di tahun 2022 terus berlanjut makin kuat seiring dengan terus terkendalinya pandemi Covid-19.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, mengatakan bahwa pemerintah akan tetap mewaspadai risiko ancaman pemulihan ekonomi yang kini bergeser pada eskalasi geopolitik Rusia-Ukraina dan dinamika kebijakan moneter Amerika Serikat.
Menurutnya, APBN harus menjadi shock absorber atas berbagai gejolak dan tekanan global. Ke depan harus terus diseimbangkan tiga tujuan yang semuanya sama penting, yaitu: a) menjaga kesehatan dan keselamatan rakyat; b) menjaga kesehatan dan pemulihan ekonomi; dan c) mengembalikan kesehatan APBN.
“Meskipun kelihatan cukup positif dan menjadi surplus, APBN harus bersiap-siap bekerja keras untuk menjadi shock absorber lagi, yaitu menjaga ekonomi dan rakyat kita dari gejolak global yang sekarang berasal dari sumber komoditas pangan dan energi. Jadi ke depan, kita terus-menerus di Kementerian Keuangan harus melihat tiga hal sekaligus, yaitu bagaimana kita tetap menjaga keselamatan rakyat dan kesehatan rakyat dari ancaman pandemi yang masih berlangsung, kedua bagaimana kita menjaga kesehatan dan pemulihan ekonomi yang juga sedang dan masih berlangsung agar tidak mengalami perlemahan, dan yang ketiga, kita harus mengembalikan kesehatan APBN melalui reformasi perpajakan, HKPD yang sedang dan terus kita lakukan. Pondasi APBN harus terus dibangun dan dijaga secara kuat disiplin dan hati-hati karena APBN menjadi instrumen yang selalu diandalkan baik dalam menghadapi seperti kesehatan, maupun shock dari sisi ekonomi baik dari sisi komoditas maupun sektor keuangan,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat konferensi pers APBN KiTa Bulan Maret 2022, secara daring.
|Baca juga: Realisasi Pendapatan Negara Februari 2022 Capai Rp302,42 Triliun
Kasus harian Covid-19 secara global kembali menunjukkan peningkatan setelah melewati puncak gelombang Omicron. Hal ini disebabkan oleh penyebaran varian BA.2 yang merupakan subvarian Omicron. Sementara itu, kasus harian domestik terus menurun. Vaksinasi menjadi instrumen utama pengendalian pandemi dan terus diakselerasi untuk melindungi masyarakat. Sampai dengan 27 Maret 2022, total vaksin dosis 1 mencapai 72,50 persen total populasi domestik, vaksin dosis 2 mencapai 58,42 persen, dan vaksin booster mencapai 7,39 persen total populasi domestik.
“Kondisi sekarang ini sudah mulai menunjukkan suatu kondisi yang relatif tetap terkendali baik. Kita berharap dalam bulan ke depan masuk bulan Ramadan, dan juga akan adanya hari raya Idulfitri, kita berharap kondisi Covid kini masih akan tetap terjaga dan terkendali dengan baik. Indonesia saat ini masih termasuk sebagai negara yang mampu mengelola dengan efektif, dengan penurunan kasus di dalam negeri, baik itu dari sisi kasus harian maupun kasus kematian, dengan kenaikan vaksinasi yang cukup meningkat,” jelasnya.
Selanjutnya, risiko global mengalami peningkatan, khususnya didorong percepatan normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat serta konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Kombinasi tersebut menimbulkan kenaikan harga komoditas global khususnya sektor pangan dan energi, serta kenaikan inflasi di beberapa negara maju. Hal ini meningkatkan volatilitas arus modal, nilai tukar, dan sektor keuangan, serta mendorong percepatan normalisasi kebijakan moneter.
Di sisi domestik, laju pemulihan ekonomi terjaga. Mobilitas penduduk kembali meningkat sejalan membaiknya kondisi Covid-19. Leading indicators menunjukkan pertumbuhan, antara lain Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang berada di atas level optimis, peningkatan Indeks Penjualan Ritel (IPR), dan pertumbuhan konsumsi listrik industri dan bisnis. Kondisi pasar keuangan domestik terjaga relatif stabil dan resilient. Hal ini tak lepas dari dukungan fundamental ekonomi yang kuat dan terus berada dalam tren pemulihan.
Kinerja APBN di bulan Februari masih mencatatkan surplus, pendapatan masih tumbuh kuat. Ke depan, jelas Menkeu, growth pendapatan akan menuju ke tingkat lebih normal. Belanja negara akan terus didorong agar semakin optimal. Pemerintah akan tetap waspada dan terus memonitor perkembangan eskalasi risiko global agar dapat menentukan respon kebijakan yang tepat dan efektif.
|Baca juga: Per Februari 2022, Belanja Negara Terserap 10,4 Persen dari Pagu APBN 2022
Optimisme masyarakat sedikit melemah seiring peningkatan kasus Omicron di bulan Februari, namun IKK masih pada level optimistis sebesar 113,1. Peningkatan kasus Omicron juga berdampak pada penurunan permintaan masyarakat untuk melakukan konsumsi. Realisasi IPR bulan Februari diperkirakan meningkat sebesar 14,5 persen (yoy), sedikit melemah dibandingkan pertumbuhan bulan Januari (15,35 persen (yoy)).
Pertumbuhan konsumsi listrik industri dan bisnis tinggi, menunjukkan kuatnya aktivitas dunia usaha, masing-masing mencapai 14,1 dan 9,3. Namun tingkat konsumsi masyarakat kembali meningkat di awal Maret seiring penurunan kasus Covid-19, dan diperkirakan akan semakin meningkat menjelang bulan Ramadhan. Selain itu, indikator dini aktivitas investasi (PMTB) masih kuat di awal tahun 2022. Konsumsi semen, penjualan mobil niaga, dan penjualan alat berat tumbuh positif pada Februari 2022, masing-masing 2,7 persen, 31,5 persen, dan 146,5 persen.
Neraca Perdagangan konsisten mencatatkan surplus, mencapai USD3,83 miliar pada Februari 2022, didukung peningkatan ekspor. Realisasi tersebut ditopang ekspor yang tumbuh 34,14 persen (yoy), didukung oleh kenaikan ekspor nonmigas unggulan serta sektor manufaktur yang masih tumbuh kuat. Selanjutnya, impor di bulan Februari 2022 tumbuh 25,43 persen (yoy), didominasi oleh jenis barang input (bahan baku dan barang modal) yang mencerminkan berlanjutnya penguatan aktivitas produksi.
|Baca juga: Wow! Realisasi APBN per Februari 2022 Alami Surplus Rp19,7 Triliun
Pemulihan ekonomi mampu mendorong tingkat penyerapan tenaga kerja yang cukup masif di tahun 2021. Program perlindungan sosial dan pengentasan kemiskinan dalam APBN efektif menurunkan tingkat kemiskinan kembali ke level single digit menjadi 9,71% per September 2021, menuju ke tren perbaikan kesejahteraan masyarakat yang telah terjadi di masa prapandemi. Kebijakan pemerintah akan terus konsisten mendorong pertumbuhan yang inklusif dengan mengakselerasi pemulihan kesejahteraan, khususnya dari sisi penyerapan tenaga kerja yang lebih optimal serta pembangunan kualitas sumber daya manusia.
Normalisasi kebijakan The Fed dan konflik Rusia-Ukraina menekan pasar keuangan negara berkembang. Pasar SBN Indonesia mulai terdampak meskipun terbatas, didukung likuiditas dan membaiknya kondisi fundamental domestik. Selain itu, konflik Rusia-Ukraina juga menimbulkan kenaikan signifikan pada harga komoditas, khususnya pada sektor energi dan pangan.
Dengan adanya faktor risiko tersebut, terdapat potensi kenaikan pendapatan dan belanja, termasuk meningkatnya risiko pembiayaan APBN. APBN bersifat antisipatif, mengoptimalkan perannya sebagai shock absorber antara lain untuk menjaga pemulihan ekonomi, melindungi kesehatan dan daya beli masyarakat, serta menjaga kesinambungan fiskal.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News