Media Asuransi, JAKARTA – Pemerintah menyatakan potensi penguatan pemulihan ekonomi nasional ke depan diperkirakan terus berlanjut. Sejumlah indikator dini (leading indicators) perekonomian terus menunjukkan tren yang menjanjikan.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menjelaskan PMI Indonesia per April yang meningkat ke level 51,9 menunjukkan konsistensi ekspansi sektor manufaktur nasional. Keberlanjutan pemulihan ekonomi yang semakin kuat juga diperkirakan terjadi di bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri, khususnya dari sisi konsumsi masyarakat.
“Kapasitas produksi terpakai manufaktur telah mencapai 72,45% pada Triwulan I-2021, tertinggi selama masa pandemi atau mulai mendekati rata-rata kapasitas produksi di masa prapandemi sekitar 75,36% (2019),” katanya melalui keterangan resmi.
Sementara, di tengah konflik geopolitik yang tengah terjadi, permintaan ekspor atas produk manufaktur Indonesia, khususnya produk berbasis komoditas mengalami peningkatan. Seiring dengan tren ekspansi tersebut, pembukaan lapangan kerja baru diharapkan semakin masif dan diiringi dengan peningkatan upah pekerja. Tren ini diharapkan dapat terus berlanjut sehingga perekonomian nasional semakin kuat dan kokoh.
|Baca juga: Ekonomi Indonesia Kuartal I/2022 Tumbuh 5,01 Persen
Inflasi per April 2022 juga melanjutkan tren meningkat seiring harga komoditas global yang masih tinggi dan menguatnya permintaan di masa periode puasa dan Lebaran. Laju inflasi April 2022 tercatat 3,47% (yoy) tertinggi sejak September 2019. Inflasi periode Ramadan dan Lebaran 2022 meningkat signifikan dibandingkan kondisi dua tahun terakhir, menunjukkan aktivitas ekonomi yang lebih tinggi. Terjadinya inflasi di seluruh kota sampel juga menguatkan bahwa aktivitas ekonomi telah membaik di seluruh daerah.
“Inflasi inti yang naik mencerminkan daya beli masyarakat yang terus pulih di tengah tekanan harga global dan implementasi kenaikan PPN. Sementara itu, kenaikan harga pangan, terutama didorong oleh minyak goreng, daging sapi, daging ayam, telur, dan ikan segar. Hampir seluruh harga bahan makanan meningkat seiring dengan naiknya permintaan bahan makanan.”
Pada komponen administered price, masih tingginya harga minyak mendorong naiknya harga energi nonsubsidi, seperti LPG 12kg dan Pertamax. Mobilitas yang tinggi terjadi seiring izin mudik Lebaran setelah dua tahun dilakukan pembatasan mobilitas, mendorong kenaikan tarif angkutan udara dan antarkota. Meskipun demikian, peningkatan laju inflasi ini masih terjaga di dalam rentang sasaran inflasi nasional yaitu 2%-4% dan sejalan dengan outlook Kementerian Keuangan.
|Baca juga: BPS: Inflasi April 2022 Capai 0,95 Persen
Lebih lanjut, Febrio mengatakan risiko pandemi dan peningkatan gejolak perekonomian global perlu terus diwaspadai dan diantisipasi. Masa liburan lebaran 2022 menjadi tolok ukur dalam memperhitungkan kesiapan Indonesia dalam bertransisi menuju endemi. Disiplin protokol kesehatan serta keberlanjutan program vaksinasi masih akan berperan penting dalam menjaga stabilitas pemulihan ekonomi dalam jangka pendek.
Selain itu, konflik Rusia-Ukraina yang masih berlangsung menambah potensi tekanan kepada harga komoditas global. Sementara tingkat inflasi yang tinggi di mayoritas negara di dunia, termasuk Amerika Serikat, menambah ketidakpastian arah kebijakan moneter bank sentral utama dunia, khususnya The Fed.
Dalam mengantisipasi lonjakan harga yang tajam, Tim Pengendalian Inflasi Pusat menempuh berbagai upaya agar inflasi pada kisaran sasaran dengan tetap berfokus pada pemulihan ekonomi nasional. Mitigasi risiko terus dilakukan untuk mengantisipasi dampak rambatan akibat kenaikan harga komoditas global. Sinergi antarlembaga terus dilakukan untuk menjaga ekspektasi inflasi masyarakat
Febrio menegaskan penguatan stabilitas laju pemulihan ekonomi merupakan prioritas pemerintah di tahun 2022. “Dalam mengantisipasi dinamika ke depan, APBN terus didorong sebagai shock absorber untuk tetap menjaga pemulihan ekonomi agar tetap berlanjut dan semakin menguat, menjaga penangan kesehatan dan melindungi daya beli masyarakat miskin dan rentan, dan menjaga agar pengelolaan fiskal lebih sehat dan berkelanjutan dalam jangka menengah,” jelas Febrio.
Upaya yang telah ditempuh saat ini adalah menjaga stabilitas harga dan penebalan bantuan sosial bagi masyarakat miskin dan rentan antara lain pemberian insentif selisih harga Migor curah dan kemasan sederhana dan BLT pangan untuk 20,65 juta KPM (penerima kartu sembako dan PKH) dan 2,5 juta PKL makanan, menjaga pasokan batu bara dalam negeri dengan pemberlakukan denda dan kompensasi, Pelarangan ekspor CPO untuk menjaga kebutuhan dalam negeri dengan harga terjangkau, menjaga stabilitas harga kedelai, jagung dapat memanfaatkan cadangan stabilitas harga pangan (CSHP), menjaga agar program PEN tetap fleksibel sehingga lebih responsif dan antisipatif untuk merespon ketidakpastian.
Pemerintah juga menjaga agar reformasi struktural dan reformasi fiskal (reformasi perpajakan-UU HPP, reformasi desentralisasi fiskal-UU HKPD, penguatan spending better) dapat berjalan optimal serta mendorong reformasi subsidi yang tepat sasaran secara bertahap diselaraskan dengan momentum pemulihan ekonomi.
Sebelumnya, BPS melaporkan bahwa perekonomian nasional terus menguat dengan PDB Triwulan I-2022 tumbuh 5,01% (year on year). Daya beli masyarakat terus membaik, ditandai dengan semakin kuatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga serta kondisi ketenagakerjaan nasional. Pada Triwulan I-2022, konsumsi rumah tangga mampu tumbuh 4,34% (yoy). Jika dibandingkan dengan Triwulan IV-2021 (qtq), konsumsi masyarakat yang merupakan kontributor terbesar PDB nasional masih mencatatkan pertumbuhan positif, mencerminkan pemulihan konsumsi yang terus berlanjut. Tren ini sejalan dengan relatif tingginya mobilitas masyarakat di sepanjang Triwulan I dibandingkan dengan Triwulan I-2021.
|Baca juga: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2022 Capai 5,83 Persen
Selain itu, peningkatan lapangan kerja baru juga berperan vital dalam mengakselerasi pemulihan daya beli masyarakat. Tingkat pengangguran nasional turun dari 6,26% pada Februari 2021 menjadi 5,83 pada Februari 2022.
Meningkatnya kepercayaan pelaku usaha dan perbaikan ekonomi yang berkesinambungan juga turut mendorong aktivitas investasi, khususnya oleh sektor swasta. Pengembangan proyek konstruksi yang semakin baik ditandai oleh perbaikan konsumsi semen yang tumbuh 4,7% (yoy) di sepanjang Triwulan I. Selain itu, peningkatan aktivitas ekonomi juga mendorong investasi mesin dan kendaraan komersial. Kondisi ini sejalan dengan indikator impor bahan baku dan barang modal serta pembelian mobil niaga yang tumbuh dengan stabil di periode ini. Optimisme dunia usaha yang membaik mampu mendorong pertumbuhan Penanaman Modal Domestik Tetap Bruto (PMTDB) sebesar 4,09% pada Triwulan I.
Ekspor kembali mencatatkan pertumbuhan tinggi, sementara ekspansi produksi turut mendorong pertumbuhan impor. Peningkatan permintaan atas komoditas dan produk manufaktur unggulan nasional masih terus terjadi, terutama di tengah disrupsi pasokan global dan konflik Rusia-Ukraina. Pengembangan teknologi hijau yang semakin popular juga mendorong permintaan ekspor olahan besi dan baja, termasuk nikel.
Sementara, peningkatan kunjungan turis mancanegara menyumbang pertumbuhan ekspor jasa. Kondisi ini mendorong pertumbuhan ekspor sebesar 16,22% (yoy). Di sisi lain, seiring dengan kebutuhan ekspansi produksi, impor tumbuh tinggi sebesar 15,03%. Hal ini ditunjukkan dengan pertumbuhan impor nominal bahan baku (33,4%) dan barang modal (30,7%) selama Triwulan I.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News