1
1

Pendapatan Kalbe Farma Tahun Ini Diprediksi Tumbuh 8% – 10%

Media Asuransi, JAKARTA – Pendapatan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) sepanjang tahun ini diperkirakan akan tumbuh 8 persen – 10 persen dibandingkan tahun lalu. Proyeksi pertumbuhan yang tipis ini disebabkan nilai kurs dollar yang diprediksi makin kuat terhadap rupiah.

Analisis ini datang dari Tim Riset PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Jumat, 7 Februari 2025. Andreas Kristo Saragih analis Mirae menyebutkan pertumbuhan pendapatan diharapkan didorong oleh semua segmen.

“Pertumbuhan pendapatan diharapkan didorong oleh semua segmen. Peningkatan dalam bauran penjualan, ditambah dengan efisiensi dalam biaya SGA dan peningkatan ASP reguler dalam produk-produk tertentu diharapkan dapat mempertahankan tingkat profitabilitas pada tingkat yang sama dibandingkan dengan 2024,” katanya.

|Baca juga: Kalbe Farma Ekspansi Bisnis Obat Resep di Thailand

ASP atau Average Selling Price adalah harga jual rata-rata suatu produk atau layanan dalam periode tertentu. Sementara SGA, singkatan dari Selling, General, and Administrative Expenses adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mempromosikan, menjual, dan mendistribusikan produk atau layanan.

Kontribusi Renminbi telah meningkat selama beberapa tahun terakhir, mencakup sekitar 80 persen dari biaya bahan baku di divisi farmasi dan kesehatan konsumen. Hal ini telah mengurangi eksposur dollar dalam total biaya, yang sebelumnya berada di sekitar 90 persen. Manajemen Kalbe memproyeksikan bahwa marjin laba kotor akan turun sebesar 0,1 persen untuk setiap depresiasi Rp100 terhadap USD.

|Baca juga: Vaksin Produksi RI Sukses Jangkau 8,6 Juta Anak Afghanistan

Sepanjang tahun lalu kinerja Kalbe Farma ternyata seiring dengan konsensus timnya yaitu laba bersih sebesar Rp3,24 triliun atau tumbuh 17,1 persen YoY, dan pendapatan sebesar Rp32,65 triliun atau tumbuh 7,2 persen year on year (YoY). Manajemen mengaitkan pertumbuhan pendapatan tahun lalu dengan peningkatan volume sebesar 5 persen, sekitar 0,5 persen dari produk baru, dengan sisanya didorong oleh ASP.

“Kami mempertahankan proyeksi kami dengan rekomendasi BELI yang tidak berubah dengan target price  Rp1.880, yang menyiratkan P/E 24,75x 25F. Risiko penurunan rekomendasi kami mencakup kontribusi yang lebih tinggi dari produk tanpa merek di segmen farmasi, persaingan ketat yang berkepanjangan di segmen nutrisi, harga bahan baku yang lebih tinggi dari perkiraan, dan rupiah yang lebih lemah dari perkiraan terhadap dollar,” pungkasnya.

Editor: Irdiya Setiawan

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Warga Singapura Perketat Pengelolaan Keuangan saat Ekonomi Rapuh
Next Post Allianz Beri Apresiasi untuk Media

Member Login

or