Media Asuransi, JAKARTA – Hingga Semester I/2022, pendapatan negara tercatat mencapai Rp1.317,2 triliun atau 58,1% target APBN Perpres 98/2022, tumbuh 48,5% secara tahunan. Secara nominal, realisasi komponen pendapatan negara yang bersumber dari penerimaan perpajakan mencapai Rp1.035,9 triliun, serta penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp281,0 triliun, dan hibah Rp0,30 triliun.
Keterangan resmi Kementerian Keuangan yang dikutip, Kamis, 28 Juli 2022, menyebutkan bahwa pendapatan negara yang tumbuh signifikan tersebut didukung oleh meningkatnya aktivitas ekonomi, dampak implementasi UU HPP, dan naiknya harga komoditas. Namun demikian, pemerintah menyatakan perlu kehati-hatian terhadap keberlanjutan harga komoditas ke depan.
|Baca juga: Realisasi APBN per Juni 2022 Surplus 0,39% terhadap PDB
Realisasi penerimaan pajak sampai dengan akhir Juni 2022 tercapai sebesar Rp868,3 triliun (58,5% target APBN Perpres 98/2022), atau tumbuh 55,7% (yoy). Kinerja penerimaan pajak yang sangat baik pada periode Januari-Juni 2022 dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a) Tren peningkatan harga komoditas, b) Pertumbuhan ekonomi yang ekspansif dan tingkat permintaan yang terus membaik baik dari domestik maupun luar negeri, c) Basis yang rendah pada tahun 2021 akibat pemberian insentif fiskal, dan d) Dampak implementasi UU HPP.
Pada bulan Juni, kinerja pertumbuhan terutama ditopang oleh penerimaan PPS yang sangat tinggi pada bulan terakhir implementasinya. PPS berhasil memperoleh pendapatan pajak sebesar Rp61,0 triliun dari 247.918 wajib pajak, dengan total nilai harta bersih sebesar Rp594,8 triliun.
Penerimaan kepabeanan dan cukai terealisasi sebesar Rp167,6 triliun (56,1% APBN Perpres 98/2022), atau tumbuh 37,2% (yoy). Penerimaan kepabeanan dan cukai tumbuh signifikan didorong kinerja positif seluruh komponen penerimaan. Penerimaan bea masuk tumbuh 30,5% didorong tren perbaikan kinerja impor nasional terutama sektor perdagangan dan sektor industri.
|Baca juga: Pemerintah Incar Bauran 23% BMN Infrastruktur EBT di Wilayah Indonesia Tahun 2025
Selanjutnya, penerimaan bea keluar tumbuh 74,9% didorong tingginya harga komoditas, kenaikan tarif BK produk kelapa sawit, dan kebijakan flush out. Penerimaan cukai tumbuh 33,0% dipengaruhi oleh efektivitas kebijakan tarif, lonjakan produksi bulan Maret (efek kenaikan tarif PPN) dan efektifitas pengawasan.
Kinerja PNBP sampai dengan semester I/2022 mencapai Rp281,0 triliun (58,3% dari target APBN Perpres 98/2022), didukung semua komponen PNBP kecuali BLU. Pendapatan kekayaan negara dipisahkan tumbuh 122,9% (yoy), utamanya diakibatkan kenaikan setoran dividen BUMN.
Selanjutnya, PNBP lainnya tumbuh 19,9%, utamanya disebabkan oleh peningkatan pendapatan penjualan hasil tambang (PHT), kompensasi DMO batu bara, dan layanan K/L. Sementara pendapatan BLU tumbuh negatif 24,0% akibat penurunan pendapatan BLU pengelolaan dana perkebunan kelapa sawit dan pengelolaan kawasan otorita.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News