1
1

Penggunaan Rupiah Kunci Jaga Momentum Perbaikan Ekonomi

Teler Bank sedang menghitung uang. | Foto: Media Asuransi/Arief Wahyudi
Media Asuransi – Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perbaikan ketika pada kuartal kedua tahun ini angka Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 7,07% berdasarkan pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS). Momentum itu harus dijaga oleh seluruh pelaku ekonomi khususnya di sektor keuangan dengan meningkatkan penggunaan mata rupiah ketika bertransaksi di dalam negeri.

Hal itu dikatakan oleh Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti, ketika menjadi pembicara kunci pada virtual seminar yang diselenggarakan oleh LPPI, sebuah lembaga pelatihan dan konsultasi di sektor keuangan, Kamis, 5 Agustus 2021.

Dalam kesempatan itu Destry menghimbau semua kalangan untuk menjaga momentum perbaikan ekonomi global sehingga memberi manfaat bagi ekonomi Indonesia. Salah satunya dengan cara menggunakan mata uang rupiah dalam setiap transaksi di dalam negeri.

Baca juga: OJK: Pertumbuhan Ekonomi 7,07 Persen, Sinyal Positif Perbaikan Ekonomi

Pertumbuhan ekspor yang mencapai 31% masih menggunakan mata uang dolar sebagai alat transaksi dagang. “Penggunaannya 94% untuk ekspor dan impor 83%. Sementara ekspor kita dengan AS hanya sekitar 10%, dan impor hanya 5,2%,” papar Destry.

Untuk itu, ke depan, dengan semakin bervariasinya mitra dagang Indonesia, dan kerja sama perdagangan bilateral, pemerintah dan BI mulai mengatur strategi untuk bisa mengurangi ketergantungan pada dolar AS sebagai alat transaksi dengan mitra dagang Indonesia.

“Proses itu tidak mudah dan harus ada kesepahaman bagaimana cara mengurangi ketergantungan terhadap dollar AS. Karena ekspor kita ke China paling besar yakni 13,6%, dan impor kita paling besar 21,4%. Jadi poinnya adalah kita lihat bahwa variasi mitra dagang kita besar dan bagaimana kalau kita mulai melakukan bilateral agreement agar bisa transaksi dengan mata uang masing-masing dalam transaksi perdagangan,” jelas Destry.

Baca juga: Garap Proyek Gas Jawa Hingga Papua, Saham Perusahaan Gas Negara (PGAS) Reli

BI telah melakukan penguatan kerja sama penyelesaian transaksi dengan mata uang lokal (local currency settlement) dengan Jepang, Malaysia, dan Thailand. Saat ini BI sedang mencoba lakukan penguatan kerja sama penyelesaian transaksi dengan beberapa bank. Fokus pengembangan LCS masuk dalam framework BI terkait dengan upaya pengembangan pasar uang Indonesia menjadi lebih modern dan maju di era digital.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama LPPI, Mirza Adityaswara, mengatakan bahwa LCS adalah isu penting bagi negara berkembang seperti Indonesia. Otoritas moneter Indonesia, kata dia, selalu berupaya untuk melepaskan ketergantungan dari penggunaan dollar AS. “Hal itu sangat penting bagi Indonesia, maka dari itu BI sudah bekerja sama dengan beberapa negara di Asia Tenggara dan beberapa negara lain,” kata dia.

Sementara itu, terkait pertumbuhan ekonomi, pencapaian pertumbuhan di kuartal II tahun ini yang melampaui ekspektasi pasar. Pasar meyakini ekonomi Indonesia akan mengalami recovery ke arah yang lebih baik. Optimisme pasar bahkan melampaui prediksi bank sentral.

 “Pertumbuhan di kuartal dua ini sudah beyond market expectation. Kita expect 6%, tetapi pertumbuhan sudah mencapai 7%.  Ini sangat positif dan biasanya akan tercermin di pasar keuangan seperti apa,” kata Destry.

Perbaikan perekonomian Indonesia sejalan dengan pemulihan ekonomi global yang terus menunjukkan perbaikan secara signifikan. Beberapa mitra dagang kita khususnya China tumbuh 7,9%, AS tumbuh 12%.

Perbaikan ekonomi secara global menunjukkan bahwa memang berbagai negara telah melakukan stimulus yang sangat besar. Dia mencontohkan China yang telah mengalami adjustment sejak kuartal IV/2020. Aha

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post BUKA Listing Perdana Hari Ini, Harga Sahamnya Ditargetkan Tembus Rp1.620
Next Post Induk Usaha Kredivo IPO di AS

Member Login

or