Media Asuransi, JAKARTA – Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini diperkirakan berpotensi terdepresiasi seiring dengan sentimen pasar terhadap aset berisiko yang terlihat masih negatif pada pagi ini.
Analis PT Sinarmas Future, Ariston Tjendra, mengatakan bahwa pergerakan indeks saham Asia pagi ini terlihat menurun. “Ini mengindikasikan sentimen pasar terhadap aset berisiko terlihat negatif dan mungkin bisa menahan penguatan rupiah yang terjadi pada perdagangan di Jumat kemarin,” katanya kepada Media Asuransi, Senin, 3 Oktober 2022.
Menurutnya, sentimen negatif terhadap aset berisiko mungkin karena kekhawatiran pasar terhadap kenaikan inflasi global yang bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi global.
|Baca juga: Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah
Di sisi lain, terang dia, dolar AS terlihat masih dalam konsolidasi. Pasar terlihat sedikit teralihkan dari isu The Fed ke isu perlambatan ekonomi global karena perekonomian AS juga mendapatkan tekanan dari kenaikan inflasi. “Dan ini membantu penguatan nilai tukar lainnya terhadap dolar AS untuk sementara,” jelasnya.
Dari dalam negeri, Ariston menerangkan data tingkat inflasi bulan September bisa memperlemah rupiah bila nilainya lebih tinggi dari sebelumnya masuk ke angka 5% yoy. Tingkat inflasi yang terus meninggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi karena masyarakat menunda atau menahan konsumsi.
Lebih lanjut, Ariston mengatakan potensi pelemahan hari ini ke arah Rp15.300 per dolar AS sementara penguatan ke arah Rp15.200 per dolar AS.
Sementara itu pada perdagangan akhir pekan lalu, nilai tukar rupiah di pasar spot ditransaksikan menguat 0,23% ke level Rp15.227 per dolar AS, sedangkan di JISDOR BI nilai tukar rupiah ditransaksikan menguat 0,10% ke level Rp15.232 per dolar AS.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News