1
1

Pentingnya Membangun Ketahanan Industri di Lanskap Asuransi Asia

Ilustrasi. | Foto: Freepik

Media Asuransi, GLOBAL – Wakil Presiden FM Global dan Manajemen Layanan Klien untuk Operasi Asia Hamish Ravindran menyatakan ketahanan tidak lagi menjadi pilihan di seluruh lanskap asuransi Asia. Hal ini sangat kontras dengan tahun lalu, di mana ketahanan disebut sebagai kontributor penting bagi kesuksesan industri.

“Baik itu dampak inflasi yang berkepanjangan, gangguan rantai pasokan yang merusak, atau serangan siber, para pemimpin bisnis didorong mempersiapkan diri menghadapi tahun yang menjanjikan,” ujar Ravindran, dikutip dari laman Insurance Business, Jumat, 19 Januari 2024.

Ravindran mengatakan pandemi yang berakhir telah menunjukkan betapa parahnya masalah transportasi dan logistik bagi perusahaan-perusahaan di seluruh Asia, di mana eksposurnya bisa sangat bervariasi dalam hal jangkauan dan kompleksitas.

“Dampak dari pengalaman ini dan ketidakpastian yang terus berlanjut akibat konflik global yang sedang berlangsung akan terus menyibukkan industri di Asia, mulai dari manufaktur semikonduktor dan teknologi hingga fesyen dan tekstil,” tuturnya.

|Baca: Sukses Hadapi Nataru, Pemerintah Diminta Bersiap Hadapi Mudik Lebaran 2024

“Sebagai tanggapan, perusahaan-perusahaan akan berupaya mendiversifikasi rantai pasokan untuk mengurangi risiko pasar tunggal dan membangun ketahanan rantai pasokan yang lebih besar,” tambahnya.

Dengan meningkatnya frekuensi dan tingkat keparahan peristiwa cuaca ekstrem serta risiko geopolitik yang semakin meningkat, mengelola risiko rantai pasokan telah menjadi pertanyaan tentang seberapa baik bisnis dapat memahami eksposur mereka.

“Dalam hal risiko rantai pasokan di Asia, banyak perusahaan sering kali mengabaikan kebutuhan untuk memiliki rencana keberlangsungan bisnis yang mutakhir dan kuat yang dengan jelas menguraikan opsi-opsi jika pasokan bahan terganggu,” ucapnya.

“Hal ini mungkin termasuk memiliki pemasok alternatif atau rute pasokan atau menyesuaikan persediaan atau tingkat persediaan selama periode peningkatan risiko,” kata Ravindran.

Perlindungan asuransi tidak cukup

Perlindungan asuransi tidak selalu cukup, namun perusahaan perlu berupaya membangun ketahanan dalam operasi mereka. Sementara itu, seiring bisnis yang terus merangkul digitalisasi, yang semakin dipercepat dengan meluasnya penerapan aplikasi teknologi berbasis AI, prevalensi serangan ransomware dan pembobolan data akan terus berlanjut hingga 2024.

Oleh karena itu, Ravindran mengatakan, mengelola risiko keamanan siber tetap menjadi prioritas utama bagi dewan direksi dan tim kepemimpinan. “Biasanya, diskusi tentang keamanan siber berpusat pada perlindungan jaringan teknologi informasi (TI), seperti menghindari pembobolan data dan kebocoran data pelanggan,” pungkasnya.

Editor: Angga Bratadharma

| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related Posts
Prev Post Sukses Hadapi Nataru, Pemerintah Diminta Bersiap Hadapi Mudik Lebaran 2024
Next Post Presiden Minta Harga Beras di Tingkat Petani Terjaga, Ini Respons Bapanas

Member Login

or