Media Asuransi, JAKARTA – Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2021 berada pada kisaran 3,5-4 persen seiring dengan tren pemulihan ekonomi yang terus mengalami penguatan pascaterinterupsi varian Delta.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan bahwa kasus Covid-19 global dalam tren kenaikan di tengah musim dingin dan kemunculan varian Omicron. Sementara kasus Covid-19 di Indonesia terus membaik, tetapi kewaspadaan harus terus dijaga menjelang momen natal dan tahun baru (Nataru). Percepatan program vaksinasi akan terus ditingkatkan sebagai salah satu upaya utama pengendalian pandemi.
Pertumbuhan sejumlah negara melambat di kuartal III/2021 akibat varian Delta, tetapi kembali menguat di kuartal IV/2021. Hal ini ditunjukkan oleh PMI Manufaktur Global pada November 2021 yang tercatat ekspansif di tingkat 54,2, menandai 17 bulan ekspansi. Pelonggaran restriksi juga berdampak pada berlanjutnya ekspansi manufaktur di seluruh negara ASEAN-6.
|Baca juga: Realisasi Defisit Anggaran per November 2021 Capai 3,63 Persen dari PDB
Indonesia (53,9) dan Malaysia (52,3) mencatat ekspansi tertinggi bulan ini. Biaya shipping mulai menurun seiring membaiknya rantai pasok, berperan dalam mendorong perdagangan internasional ke depan. Hal ini juga menunjukkan bahwa permintaan impor mitra dagang Indonesia masih terpantau kuat dan diharapkan dapat mendorong kinerja ekspor Indonesia.
Di sisi moneter, negara dengan tekanan inflasi tinggi telah menaikkan suku bunga secara signifikan. Hal ini mengindikasikan terdapat potensi kebijakan moneter yang lebih ketat di tahun 2022 khususnya di negara maju. The Economist mengumpulkan variabel ekonomi makro 40 negara untuk dilakukan pengukuran vulnerability index terhadap kebijakan moneter AS. Hasilnya, ekonomi Indonesia terbilang cukup kuat, tidak ada indikator oranye atau merah yang menandakan kerentanan. Namun demikian, Indonesia perlu tetap pruden dan menjaga external debt, forex reserve, dan current account balance.
Selanjutnya, tren positif aktivitas ekonomi domestik tetap terjaga. Laju pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2021 diperkirakan berada di atas 5,0 persen didukung oleh menguatnya aktivitas konsumsi dan investasi, serta masih tingginya ekspor seiring terkendalinya kondisi pandemi Covid-19.
Meski pemulihan ekonomi global dan domestik terus berlanjut, volatilitas dan ketidakpastian masih cukup tinggi. Berbagai risiko seperti penyebaran virus Covid-19 varian Omicron, percepatan tapering off AS, meningkatnya tekanan inflasi global, serta perlambatan ekonomi China masih perlu terus diperhatikan.
|Baca juga: BI Prakirakan Pertumbuhan Ekonomi Global 2021 Sekitar 5,7 Persen
“Momentum pemulihan ekonomi kita terus mengalami penguatan kembali sesudah terinterupsi oleh Delta dan untuk 2021 kita perkirakan pertumbuhan ada di kisaran 3,5 persen hingga 4 persen. Di kuartal keempat pertumbuhan diprediksi akan di atas 5% karena akselerasi terlihat cukup kuat,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA edisi Desember 2021 secara virtual.
Dia menjelaskan mobilitas masyarakat terus meningkat dan melampaui level pra-pandemi, seiring dengan kondisi pandemi yang relatif terjaga dan pelonggaran PPKM. Untuk pertama kali, pada kuartal IV rata-rata mobilitas menunjukkan nilai positif, yaitu di angka 1,4. Indikator konsumsi dan produksi terkini menunjukkan penguatan yang solid dan diharapkan menjadi pendorong utama pertumbuhan.
Neraca perdagangan Indonesia bulan November 2021 melanjutkan tren surplus selama 19 bulan berturut-turut, yaitu mencapai US$3,51 miliar. Hal ini didorong kuatnya kinerja ekspor bulan November 2021 yang mencapai US$22,84 miliar, tertinggi paling tidak sejak tahun 2000.
Kinerja ekspor juga didorong peningkatan permintaan, dampak krisis energi dunia, dan kebutuhan musim dingin. Sementara kinerja impor di bulan November 2021 sebesar US$19,33 miliar, mengindikasikan terus menguatnya sisi produksi terutama untuk mendukung ekspor.
| Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News